Tuesday, April 30, 2013

[Review] Inkheart

Judul buku: Inkheart
Judul asli: Tintenherz
Penulis: Cornelia Funke
Alih bahasa: Dinyah Latuconsina
Editor: Dini Pandia
Sampul: Marcel A.W.
Tebal: 536 hlm
Penerbit: Gramedia Pustaka Utama
Cetakan: Keempat, September 2009

Ingin bertemu tokoh-tokoh impian yang kau kenal lewat buku? Cobalah berkenalan dengan Mortimer, atau Meggie. Minta mereka membaca buku favoritmu, dan bersiaplah bertemu dengan tokoh-tokoh impian yang selama ini hanya bisa kau baca. Tapi, jangan heran kalau agak susah membujuk Mortimer maupun Meggie. Pengalaman mereka membaca buku tidak selalu menjadi pengalaman yang menyenangkan. Ini kisah mereka.

Di suatu malam, ketika Meggie masih berumur tiga tahun, Mortimer -atau Mo- membacakan sebuah buku untuk istrinya -Ibu Meggie-. Semuanya baik-baik saja hingga beberapa wajah tak dikenal tiba-tiba muncul di rumah Mo. Orang-orang yang mengaku bernama Capricorn, Basta, juga Staubfinger. Nama-nama yang tidak asing, tapi terasa tidak mungkin. Mereka adalah tokoh-tokoh yang berada di dalam buku, dan tiba-tiba muncul begitu saja di depan Mo. Capricorn, seorang penjahat yang tidak mengenal belas kasihan. Basta, pengikut Capricorn yang setia. Mereka berdua pergi dan tak mau kembali dalam cerita di buku. Sebaliknya, Staubfinger, pemain akrobat api memohon-mohon kepada Mo untuk mengembalikannya ke dalam buku. Sekeras apapun Mo mencoba, ia tidak bisa melakukannya. Yang lebih parah lagi, ibu Meggie, tiba-tiba ikut menghilang. Ia justru terseret masuk ke dalam buku itu, Tintenherz. Rupanya, Mo memiliki kemampua yang tak biasa, yang membuatnya dijuluki "Lidah Ajaib". Ia bisa mengeluarkan tokoh dan benda-benda dari buku yang dibacanya.

Sembilan tahun kemudian, Staubfinger kembali ke rumah Mo. Meggie yang kini berusia 12 tahun -dan tidak mengetahui kenyataan tentang ibunya- bertanya-tanya siapa sosok yang tiba-tiba muncul di depan rumahnya. Percakapan rahasia antara Mo dan Staubfinger membawa mereka pergi ke rumah bibi Meggie, Elinor. Elinor adalah seorang wanita yang begitu mencintai buku. Rumahnya ia penuhi dengan buku-buku. Untuk sementara, mereka bertiga akan tinggal di situ. Memperbaiki buku-buku Elinor yang rusak, begitu alasan Mo. Namun, ketika Staubfinger mempertontonkan atraksi api di depan Meggie, kekacauan terjadi. Sekelompok orang menyerang rumah Elinor, dan Mo dibawa pergi bersama mereka.

Setelah membujuk Staubfinger sebagai penunjuk jalan, akhirnya Elinor dan Meggie berhasil menemukan Mo. Rupanya Mo berada di markas Capricorn. Meggie tidak tahu siapa Capricorn, tapi ia yakin bahwa ini bukan keadaan yang baik. Betapa kagetnya Meggie karena ternyata Staubfinger-lah yang mengadukan keberadaan Mo kepada Capricorn. Rupanya Staubfiger berkhianat karena ia ingin kembali ke Tintenherz. Capricorn berjanji akan mewujudkan keinginannya kalau Staubfinger berhasi membawa Mo. Keadaan bertambah kacau karena Capricorn mengingkari janjinya. Mo dipaksa mengeluarkan harta karun, da tidak sengaja mengeluarkan Farid dari Kisah 1001 Malam. Mo, Elinor, dan Meggie pun ditahan. Sedangkan Staubfinger ditahan di tempat terpisah.

Berkat bantuan Staubfinger, Mo, Elinor, dan Meggie bisa melarikan diri dengan mengajak Farid untuk ikut serta.Untuk mengatasi keadaan yang semakin kacau, Elinor menyarankan Mo untuk menemui Fenoglio, si penulis Tintenherz. Rencana segera terbentuk di kepala Mo. Namun, banyak kendala yang harus dihadapi mereka semua. Terutama ketika suatu rahasia besar terkuak, Meggie ternyata juga memiliki kemampuan seperti Mo.

***
"Inkheart" merupakan kisah petualangan yang begitu menarik. Merangkum banyak kisah dalam satu judul buku. Jika selama ini kita bertualang bersama buku dengan membayangkan tokoh-tokoh di dalamnya, Inkheart mengajak kita secara tidak langsung bertemu dengan tokoh-tokoh itu. Karakter yang ditampilkan oleh Inkheart juga kuat. Mo, Elinor, dan Meggie adalah karakter yang begitu mencintai buku. Ke manapun mereka pergi selalu ada buku yang menyertai. Apalagi Elinor, yang menganggap buku-buku seperti anaknya sendiri.

Selain berpetualang bersama Mo, Meggie, Elinor, dan tokoh-tokoh lain, "Inkheart" juga mengajak kita berkenalan (atau bernostalgia) dengan buku-buku lain.Kenapa? Karena dalam setiap awal bab dalam buku ini disertakan kutipan dari banyak judul buku. Satu lagi poin plus dari buku ini. Membuat kita semakin merasakan bahwa "Inkheart" adalah buku tentang buku.

Menurut saya, kekurangan dalam buku ini adalah alurnya yang terasa lambat. Untuk mencapai klimaks, banyak sekali kejadian yang harus dialami para tokoh. Namun, alur yang lambat ini toh tidak membuat saya meletakkan buku ini dan menggantinya dengan buku lain.Saya tetap penasaran dan segera ingin mengetahui bagaimana akhir kisah tokoh-tokoh dalam Inkheart ini. "Inkheart" adalah buku pertama dari trilogi Inkworld Setelah membaca buku pertamanya, semakin tertarik untuk menyelesaikannya hingga buku ketiga. 3/5 bintang!

Posting untuk:
Posting bareng Blogger Buku Indonesia dengan tema buku tentang buku.

Juga untuk:


  

Monday, April 29, 2013

[Review] The English Roses

Judul: The English Roses
Penulis: Madonna
Ilustrator: feffrey Fulvimari
Penerbit: Gramedia Pustaka Utama
Cetakan: Kedua, Februari 2005

Oh, I looovee this book!! Mulai dari ceritanya, ilustrasinya, humornya, pesannya, semua suka!!

*Note: Maaf ya, review ini mengandung spoiler, bukunya memang tidak terlalu tebal. Saya yakin walaupun sudah tahu jalan ceritanya pasti kalau baca sendiri tetep asik :D



English Roses bisa dibilang geng cewek-cewek yang paling populer. Siapa sih yang nggak kenal mereka? Cantik, suka nyanyi, suka nari, selalu pergi berempat. Yup, inilah anggota English Roses, Nicole, Amy, Charlotte, dan Grace.




Tapii, ada satu hal yang bikin English Roses sebel. Seorang gadis bernama Binah. Kemana-mana Binah pergi pasti orang-orang bilang Binah pinter, Binah baik, Binah cantik, Binah ini dan itu. English Roses sebel karena tahu semua itu benar. Mereka memilih untuk tidak mendekati Binah. Mereka beranggapan Binah pasti pasti bakalan sombong karena semua orang suka padanya. Kalau Binah lewat mereka pura-pura tidak kenal.


suka banget sama ekspresi para English Roses!
Suatu hari, English Roses menginap di rumah Nicole. Ibu Nicole menasihati mereka berempat untuk mengajak Binah main. Kasihan selama ini Binah terlihat tidak punya teman. English Roses cuma saling berpandangan mendengar nasihat ibu Nicole. Tak lama kemudian, mereka pergi tidur.

Ternyata mereka bermimpi sedang berpiknik di sebuah lapangan yang luas. Tiba-tiba seorang ibu peri datang bergabung. Hihi, ini ibu peri kocak sekali. Selera humornya tinggi :p Ibu peri menawari mereka untuk merasakan jadi orang lain. Setelah ngobrol, akhirnya mereka memutuskan pergi ke rumah Binah. English Roses penasaran seperti apa sih Binah sehari-hari. 

Kehidupan Binah tidak seperti bayangan mereka. Ternyata Binah harus melakukan banyak pekerjaan rumah: menyapu, mengepel, juga memasak. Ia hanya tinggal berdua dengan ayahnya. Duh, English Roses jadi merasa bersalah. Selama ini mereka menjauhi Binah dan menganggapnya sombong. Tapi ini cuma mimpi kan? Akhirnya akan seperti apa yaa?


Ternyata, happy ending! Yeay! :D
Saya menutup buku ini dan tidak bisa berhenti tersenyum. Betapa saya suka cerita, karakter, ilustrasi, dan lainnya tentang buku ini. Kalau dibaca sekilas mungkin kesan yang didapat cewek-cewek English Roses ini populer, cantik, dan sombong yaa... Tapi saya yang membaca bukunya juga nggak bisa benci sama cewek-cewek English Roses ini. Mereka tidak sombong (apalagi jahat). Mereka hanya sempat iri pada Binah. Dan siapa sih yang nggak pernah iri? Dari buku ini saya seperti melihat sifat anak-anak yang sebenarnya. Mereka senang bergaul, suka bermain, juga membentuk lingkaran persahabatan. 

Saya juga suka pada humor-humor yang diselipkan di buku ini. Salah satunya tentang ibu peri. Biasanya ibu peri digambarkan sebagai sosok yang cantik, lembut, dan sabar. Dalam buku ini, ibu perinya ehm... asik!! Waktu pertama kali datang bisa-bisanya si ibu peri duduk di atas kue cokelat? Kalau sedang berbicara dan anggota English Roses ini menyahut, ibu peri bakal cepet-cepet bilang, "dan jangan potong ucapanku!" Haha, suka banget deh sama ibu peri ini.


Ibu peri yang kocak :)

Salah satu adegan favorit. Ibu perinya grusah-grusuh, akhirnya duduk di atas kue cokelat :D
Setelah jalan cerita, karakter, ilustrasi yang keren, English Roses juga mengandung banyak pesan untuk anak-anak. Bahwa anak-anak (dan orang dewasa) tidak boleh melihat seseorang dari penampilannya saja. Sebelum kita tahu seperti apa orangnya, jangan berpikiran jelek dulu. Nanti bisa-bisa jadi seperti English Roses yang menyesal pada akhirnya. Don't judge a book by its cover (tapi tapi, kalau untuk buku beneran saya sering banget judge by the cover, hehe... -_- )

Satu lagi yang mengejutkan tentang English Roses, ternyata buku ini ditulis oleh Madonna. Iya, Madonna yang penyanyi itu. Saya baru tahu kalau Madonna juga menulis buku anak-anak. Setelah jatuh cinta dengan English Roses, saya jadi penasaran ingin membaca buku Madonna yang lain. Daftar buku yang sudah ditulis Madonna bisa dilihat di sini. Akhirnya, 5/5 bintang untuk cewek-cewek English Roses, Binah, dan si ibu peri!!

Posting untuk:
- Posting bareng Blogger Buku Indonesia Bulan April, dengan tema buku tentang perempuan atau yang ditulis untuk perempuan, untuk merayakan Hari Kartini. (Review member BBI lainnya bisa dilihat di sini)

Ps: Saya memilih buku ini karena selain ditulis oleh perempuan, karakter yang ada di buku ini semuanya perempuan. Selain itu, ceritanya berkisar pada pengalaman yang sangat mungkin dialami oleh para remaja perempuan. Pesan-pesan yang tersirat dalam buku ini juga sangat mengena untuk keseharian para remaja.

Juga untuk:
Saya merekomendasikan buku ini dibaca anak-anak di atas delapan tahun, karena bahasanya mudah dimnegerti dan disertai ilustrasi menarik.

Saturday, April 27, 2013

Pemenang BBI 2nd Anniversary Giveaway Hop

Ini dia, hari yang ditunggu-tunggu peserta BBI 2nd Anniversary Giveaway Hop, pengumuman pemenang! Terima kasih untuk teman-teman yang sudah meramaikan giveaway perdana saya. Selama kurang lebih dua minggu giveaway ini berlangsung, sudah terkumpul 1339 entries. Masih ingat kan pertanyaan saya di giveaway ini? 

"Jika kalian punya kemampuan seperti Mo (mengeluarkan tokoh fiksi dari buku), apa/siapa yang kalian pilih. Sebutkan juga dari buku apa dan alasannya."

Seru banget baca jawaban temen-temen. Ternyata banyak ya yang pengen ngeluarin tokoh-tokoh fiksi untuk dijadikan pacar. Hehe... Terus banyak yang pengen ngeluarin Doraemon, emang tu kantong ajaibnya menarik perhatian banget! :D Tokoh-tokoh dari novel Harry Potter juga jadi jawaban yang paling banyak dipilih temen-temen. Apapun jawabannya, makasih ya.. Jadi nambah referensi buku buat saya juga.

Langsung saja, pemenang giveaway kali ini adalaaahhh...
a Rafflecopter giveaway

Selamat untuk Intan Purwanasari, kamu mendapatkan novel Inkheart karya Cornelia Funke.
Selamat juga untuk Almira Nuringtyas Jayanti, kamu mendapatkan novel Goddess Girls karya Hoan Holub & Suzanne Williams.


Saya akan menghubungi pemenang lewat email maupun twitter. Konfirmasi dari pemenang saya tunggu selama 2x24 jam. Jika tidak ada konfirmasi, saya akan memilih pemenang baru. Sekali lagi, terima kasih ya semuanya. Bagi yang belum beruntung, jangan khawatir. Hari ini ada banyak host giveaway lain yang akan mengumumkan pemenang. Siapa tahu kalian beruntung di sana ;)

Thursday, April 25, 2013

Close Up Interview With Annisa Anggiana


Masih dalam rangka ulang tahun BBI yang kedua, ada kegiatan seru yang dibikin sama divisi event, yaitu Close Up Interview. Intinya, tiap anggota BBI mewawancara anggota lain tentang banyak hal, bebas. Mau spesifik soal buku ataupun mau ngulik kehidupan pribadinya juga silakan. Hehe... Tujuannya? Jelas biar sesama anggota BBI makin akrab walaupun banyak yang belum pernah ketemu di dunia nyata. 

Buat event kali ini, saya kebagian interview Mbak Annisa Anggiana, pemilik blog My Book Reviews Corner.  Sebelum wawancara Mbak Nisa, saya sudah beberapa kali berkunjung ke blog-nya. Suka deh sama review Mbak Nisa, terutama untuk buku-buku yang masuk di list "My Best Book". Saya inget di grup WhatsApp BBI Joglosemar ada yang pernah bilang kalau review-review Mbak Nisa selalu bikin orang pengen baca bukunya (sayangnya saya lupa siapa yang ngomong ini :( ) Wah, jadi grogi dong (sekaligus excited) waktu tahu bakalan wawancara Mbak Nisa. Pengen tahu seperti apa cerita tentang Mbak Nisa? Mari disimak.. :)

Ini dia Mbak Nisa, bersama Abang Ayid yang lucu! Juga kaos Bebi! :D


Sejak kapan Mbak Nisa suka baca? Apa memang dibiasakan oleh orang tua? 

Kayaknya saya suka baca dari semenjak inget bisa baca. Hehehe. Karena dulu kedua orang tua saya bekerja & jarang di rumah and kakak-kakak saya umurnya jauh, jadinya memang sama ortu dikasi temennya berupa bacaan. Buku cerita, majalah Donald Duck, bobo, Tintin, Smurf, ensiklopedi pengetahuan alam. Kelas 4 SD saya udah mulai bosen baca komik and beralih ke novel. 

Sejak kapan Mbak Nisa gabung di BBI? Bagaimana ceritanya bisa gabung BBI?

Sejak April 2011. Sebenernya saya ini orang yang nggak begitu suka punya akun social media. Jaman-jamannya tren punya akun friendster atau facebook saya tetep nggak tergerak buat ikutan. April 2011 saya coba bikin akun twitter, nggak sengaja follow @balonbiru (Nophie). Waktu Nophie ngetweet minta pendapat tentang buku saya tergerak nyamber dan jawab karena kebetulan udah baca bukunya. Rupanya Nophie buka link ke blog saya di mulitply (sekarang udah ditutup) dan ada beberapa postingan review buku disana. Nophie terus ngajak saya gabung di BBI dan dikenalin sama om Hernandi Tanzil, Mbak Fanda Kutubuku, Melisa, Mia, Ana, Astrid, Bang Helvry, Ndari, Oky, dll. Setelah keukeuh nggak punya akun fb, awal tahun 2012 akhirnya saya bikin juga demi gabung di grup BBI dan update kabar-kabar terbaru.

Apa genre favorit Mbak Nisa? Kenapa?

Overall sebenernya saya ini omnivora genre. Agak repot karena jadi segala buku mau. Hehe. Tapi kalo disuruh milih genre favorit, saya paling suka dystopian & magical realism, karena kedua genre itu selalu sukses menteleportasikan saya ke dunia lain yang unik dan sama sekali berbeda dari dunia tempat kita tinggal. Those two genre always manage to thrilled me!! Hehe.

Apa buku favorit Mbak Nisa?

Widih ini pertanyaan sulit, kayak disuruh milih anak kesayangan. Hihi. Aku kasih 5 buku favorite aja ya.
a. One Hundred Years in Solitude by Gabriel Garcia Marquez : buku pertama yang bikin saya terpesona sama magic realism
b. 1984 by George Orwell : buku dystopian paling mantep sepanjang masa.
c. And Then There were None by Agatha Christie : mysteri paling ikonik dan keren.
d. Bumi Manusia by Pramudya Ananta Toer : buku pertama yang bikin saya mengeksplorasi pengarang Indonesia.
e. Trilogi Lord of The Rings : karena ini fantasy super epik yang sampai saat ini menurut saya belum ada tandingannya.

Siapa penulis favorit Mbak Nisa?

Isabel Allende : beliau penulis genre magic realism dan sejauh ini belum ada satupun bukunya yang mengecewakan.

Waktu baca blog Mbak Nisa, aku pernah nemu komentar tentang koleksi "My Best Book" yang nggak boleh keluar rumah. Ada alasan khusus Mbak? Seperti pengalaman kehilangan buku yang paling disukai misalnya?

Hehehe.. Salah satu kesakitjiwaan saya sebagai bookaholic adalah posesif sama buku-buku yang masuk kategori buku-buku terbagus yang pernah saya baca. Itu aja sih alesannya. Hehe. [kalau mau tahu buku apa aja yang masuk list "My Best Book" versi Mbak Nisa, klik di sini]

Apa ada tokoh dari buku yang sangat mempengaruhi Mbak Nisa? Kalau ada, siapa dan kenapa?

Sejauh ini Scarlett O'Harra di Gone With The Winds. Scarlett itu manusia yang penuh dengan kekurangan dan kesalahan tapi dia juga salah satu karakter wanita yang paling kuat, tahan banting dan berkesan buat saya.

Ada pengalaman unik selama berburu buku?

Haha.. Kalau lagi pengen suatu buku biasanya saya harus dapet dengan berbagai cara. Meskipun harus beli dari situs luar yang ongkos kirimnya sama dengan harga bukunya. Hihihi... 

Kesibukan Mbak Nisa sehari-hari apa?

Saya sehari-hari kerja di BUMN. Di bagian Health, Safety & Environmental

Dengan kesibukan itu, gimana caranya biar bisa tetap baca? Apa ada
reading schedule yang ditetapkan buat diri sendiri?

Baca itu udah kebutuhan hidup buat saya. Kemana-mana di tas selalu ada buku. Begitu ada kesempatan nganggur pasti saya ambil buku and baca. Seenggaknya malem hari sesudah anak tidur pasti saya sempetin baca.

Aku belum lama tahu kalau Mbak Nisa sudah punya anak :D Ayid sekarang umur berapa Mbak? Apakah dibiasakan untuk suka baca juga?

Sekarang Ayid udah empat tahun. Dari lahir dia udah tumbuh besar di antara buku-buku saya. Saya juga selalu ajak Ayid baca buku yang sesuai untuk umurnya. Ntah nanti dia jadi penyuka buku atau tidak, yang jelas dia sudah sangat familiar hidup di antara buku. Buku kesayangannya sekarang adalah buku tentang mobil-mobil besar dan buku tentang stingray (ikan pari) favoritnya.

Terakhir, apa harapan Mbak Nisa untuk ulang tahun BBI yang ke-2?

BBI udah berkembang banget dari tempat ngumpul-ngumpul ngomongin buku & ngereview bareng jadi kumpulan yang mulai terorganisir dan banyak banget kegiatannya. Bangga banget liatnya. Harapan saya BBI bisa berkembang jadi komunitas rujukan untuk pembaca di Indonesia yang mencari tau tentang suatu buku tapi juga tetap bisa menjaga tujuan awal yaitu kecintaan terhadap membaca dan menulis review.

Makasih Mbak Nisa buat sesi wawancaranya. Bener memang bacaannya Mbak Nisa beragam banget. Semoga Mbak Nisa bisa terus baca buku dan nulis review untuk blog di tengah kesibukannya (kabarnya ni banyak yang kangen sama review-review yang ditulis Mbak Nisa :D ) Salam buat Ayid yang lucu dan ngegemesin, hehe... Untuk Anda para pembaca, saya punya oleh-oleh dari Mbak Nisa....

Quote favorit Mbak Nisa, yang anehnya justru dari buku yang belum pernah dibaca :D

Dan ini dia, koleksi buku-buku Mbak Nisa (yang rapi dan bikin si pewawancara pengen liat satu-satu judulnya, haha..) : 




Sekian wawancara saya dengan Mbak Nisa. Mau tahu lebih banyak lagi? Silakan berkunjung ke My Book Reviews Corner. Akhirnya, makasih juga buat divisi event yang sudah bikin kegiatan seru ini. :))

Ps:
Untuk event ini, saya diwawancara oleh Tika @Edensor Dreamer. Bagi yang mau baca silakan klik di sini.
Mau baca hasil wawancara teman-teman BBI lainnya? Silakan kunjungi link-link yang ada di postingan ini

Wednesday, April 24, 2013

Wishful Wednesday #2


Waa, akhirnya posting WW lagi. Baru WW yang kedua? Bukan berarti saya nggak punya banyak wishlist, tapi seringnya pas hari Rabu kok ya pas nggak bisa duduk depan laptop buat posting. Semoga besok-besok makin rutin lagi posting meme ini. 

Buku yang menjadi wishlist saya ini sepertinya juga jadi wishlist banyak orang. Oya, di BBI 2nd Anniversary Giveaway Hop ada salah satu host yang memberikan buku ini sebagai hadiah. Tapi, saya juga jadi host jadi nggak bisa ikutan. Ya nggak apa-apa, belum rezekinya. Sudah tahu buku apa yang dimaksud? Ini dia:



"Bahagia itu sederhana, nostalgia salah satunya, dan buku ini menjadi mesin waktunya."

Sinopsis yang cuma satu kalimat ini udah berhasil bikin saya punya buku ini. Pasti asyik sekali melihat potongan-potongan kenangan masa kecil dari buku ini :D Kalau kata teman saya, "kita tu susah move on dari 90-an." Haha, saya sih setuju karena saya tumbuh di tahun-tahun ini. Mungkin generasi selanjutnya akan mengalami masa-masa kangen tahun 2000-an juga, hehe... Jadi, ada yang mau mengabulkan wishlist saya ini? :p

Mau ikut Wishful Wednesday juga? Caranya:
  1. Silakan follow blog Books To Share – atau tambahkan di blogroll/link blogmu =)
  2. Buat posting mengenai buku-buku (boleh lebih dari 1) yang jadi inceran kalian minggu ini, mulai dari yang bakal segera dibeli, sampai yang paling mustahil dan hanya sebatas mimpi. Oya, sertakan juga alasan kenapa buku itu masuk dalam wishlist kalian ya!
  3. Tinggalkan link postingan Wishful Wednesday kalian di Mr. Linky (klik saja tombol Mr. Linky di bagian bawah post). Kalau mau, silakan tambahkan button Wishful Wednesday di posting kalian.
  4. Mari saling berkunjung ke sesama blogger yang sudah ikut share wishlistnya di hari Rabu =)

Sunday, April 14, 2013

Happy Birthday, Bebi!!


Happy Birthday Blogger Buku Indonesia aka Bebi!! Yeay!!
Bebi sekarang sudah dua tahun :D Saya sendiri baru gabung di BBI selama beberapa bulan. Awalnya saya suka random googling review buku yang pengen saya baca. Eh banyak dari review tersebut nyambungnya ke blog member BBI. Terus saya cari tahu BBI tu apa dan gimana cara gabungnya. Akhirnya, sekarang saya udah resmi jadi salah satu member BBI. Hore!

Seneng nggak gabung BBI? Seneng banget!! Saya yang dari dulu emang suka baca pastinya seneng banget ketemu banyak temen yang punya hobi sama. Saya jadi tahu banyak buku yang sebelumnya nggak pernah saya denger judulnya. Banyak juga pengarang-pengarang yang baru saya tahu setelah gabung BBI. Terus acara belanja buku juga jadi lebih seru,apalagi kalau lihat temen yang kalap :p  Jadi, sudah jadi tradisi di BBI buat berbagi info pameran atau diskonan buku di beberapa tempat, akhirnya kita sering tergoda. Saya bisa nitip beli buku sama temen di Jakarta, Semarang, dan banyaakk lagi di manapun anggota BBI berada :D

Karena dasar pertemanan BBI itu di dunia maya (blog, facebook, twitter, chatting dll), momen kopdar selalu ditunggu-tunggu. Nah, kalau udah kopdar acara berburu buku jadi lebih seru lagi. Haha... Nggak selalu beli buku sih, kadang kita duduk-duduk aja sambil ngobrol banyak hal. Selama gabung di BBI, saya sudah beberapa kali ikut kopdar:


Pertama kali ikut kopdar, pas Mbak Truly ke Jogja
(foto dari facebook Mbak Truly)
paginya langsung lanjut ke Shopping
Kopdar BBI Jogja-Solo-Semarang
Ini yang paling gress, kopdar BBI Jogja waktu ultah BBI yang kedua :)
Semoga lain kali bisa ketemu temen-temen BBI dari kota lainnya. Semoga saya juga bisa selalu konsisten ikut komunitas ini, makin rajin baca, dan nulis review. Semoga banyak buntelan yang datang juga #eh :p
Wish you all the best, Bebi!! :D

Ps: Giveaway Hop dalam rangka ultah Bebi masih berlangsung lho, cekidot di sini. 

Ucapan dari member BBI lainnya bisa dilihat di link-link di bawah ini

Saturday, April 13, 2013

BBI 2nd Anniversary Giveaway Hop


Akhirnya.... Happy 2nd Anniversary buat Blogger Buku Indonesia!! :D
Merayakan ulang tahun BBI jadi hal yang baru buat saya, karena saya gabung di BBI juga belum lama. Dan dalam waktu yang belum lama itu, saya sangat menikmati bisa bergabung dalam komunitas pecinta buku ini. Saya bisa tahu pengarang-pengarang baru, judul buku yang belum pernah saya tahu sebelumnya, pameran buku, dan banyaaakk lagi. Seneng bisa ikut ngeramein ulang tahun BBI kali ini, apalagi divisi event sudah buat beberapa kegiatan yang seru. Penasaran apa saja kegiatannya, silakan baca di sini

Seperti tahun lalu, kali ini BBI juga mengadakan Giveaway Hop untuk merayakan ultahnya. Alhamdulillah, "Bercerita Buku" bisa ikut jadi salah satu host-nya :) Ada dua buku yang dapat kalian menangkan di giveaway ini. Masing-masing untuk pemenang yang berbeda yaa...


Inkheart by Cornelia Funke
Sinopsis:

Ayah Meggie—namanya Mo—memiliki kemampuan ajaib: ia bisa mengeluarkan tokoh-tokoh dari buku yang dibacanya. Sayangnya, kehadiran mereka ternyata harus ditukar dengan manusia-manusia di dunia nyata.

Sembilan tahun yang lalu, Mo membaca Tintenherz. Tanpa sengaja ia memunculkan berbagai tokoh jahat buku itu, dan membuat ibu Meggie lenyap karena masuk ke buku. Capricorn dan Basta, dua tokoh jahat dari buku tersebut, lantas menculik Mo karena ingin Mo memunculkan lebih banyak lagi tokoh jahat dari Tintenherz. Termasuk sang Bayangan, monster menakutkan yang akan bisa membunuh semua musuh Capricorn. Capricorn juga menyuruh Mo mengeluarkan harta dari berbagai buku untuk membiayai kejahatannya di dunia ini.

Maka bermunculanlah tokoh dari berbagai buku, termasuk Tinker Bell dari buku Peter Pan, Farid dari Kisah Seribu Satu Malam, troll, goblin, bahkan si prajurit timah.

Situasi makin rumit karena Meggie ternyata memiliki kemampuan yang sama dengan ayahnya!




Goddess Girls (Si Cerdas Athena) by Hoan Holub & Suzanne Williams

Sinopsis:

Athena selalu di atas rata-rata. Dia tidak pernah berbaur di SMP Triton.
Tetapi siapa yang mengira kalau dia adalah seorang dewi?
Tepatnya, putri Kepala Sekolah Zeus dan ketika dia dipanggil ke Akademi Gunung Olimpus, Athena berpikir kalau untuk pertama kalinya, barangkali dia akan berbaur dengan yang lain.

Namun ternyata, sekolah di Olimpus sungguh berbeda dengan di Bumi. Dia bertemu dengan dewa-dewi yang jauh lebih pintar darinya dan Athena juga harus berurusan dengan gadis paling jahat dalam sejarah—Medusa!

Lalu, bagaimana caranya membuat ayahnya bangga, jika Athena selalu membuat kesalahan?!

Ikuti kehidupan para dewa-dewi di Gunung Olimpus, tempat setiap dewa-dewi dalam kuil Yunani mengasah kekuatan mistisnya.
Dengan gaya yang unik, Joan Holub dan Suzanne Williams menambahkan bumbu-bumbu modern dalam mitologi yunani klasik dalam serial Goddess Girls.

Bagaimana cara mengikuti giveaway ini?
1. Isi form rafflecopter di bawah ini
2. Sign in: masukkan email atau username facebook kamu
3. Entry yang wajib diisi: Follow Blog dan Leave a Blog Post Comment
4. Entry lain optional, semakin banyak mengisi tentu kesempatan menang makin besar.
5. Giveaway berlangsung 13 April-26 April 2013.
6. Pemenang diumumkan 27 April 2013.
7. Giveaway terbuka untuk peserta yang memiliki alamat di Indonesia. 

UPDATE: Karena giveaway sudah berakhir, maka form rafflecopter saya hapus dari postingan ini. Tunggu postingan pengumuman pemenangnya yaa...

*Untuk jawaban komentar, genre-nya terserah kalian ya... Mau fantasi, romance, children, atau genre lainnya, suka-suka kalian aja :D

Dapatkan poinnya, tunggu pengumumannya! Jangan lupa ikuti juga giveaway dari anggota BBI lainnya. Lihat link-nya di bawah ini.

[Review] The People Could Fly


Judul: The People Could Fly
Penulis: Virginia Hamilton
Ilustrasi: Leo dan Diane Dillo
Penerbit: Random House
Tebal: 32 halaman
Bahasa: Inggris
Terbit: November 2009

Kisah “The People Could Fly” mengambil latar belakang di daratan Afrika. Diceritakan bahwa dahulu beberapa orang dapat terbang, mereka mempunyai sayap yang hitam dan berkilau. Namun, perbudakan akhirnya mengubah hidup orang-orang ini. Sayap-sayap mereka terlepas, hingga kemampuan untuk terbang tak pernah lagi dibicarakan. Mereka pun membentuk kelompok bersama orang-orang yang memang tak mempunyai kemampuan terbang sejak awal. Semua bekerja di bawah tekanan karena adanya perbudakan.

Salah satu orang yang dahulu bisa terbang bernama Toby. Ada pula wanita bernama Sarah yang selalu menggendong bayinya ketika bekerja. Karena lapar, bayi Sarah menangis. Sarah tak bisa melakukan apa-apa karena tak punya makanan. Pengawas melihat hal ini dan memarahi Sarah, menyuruh bayinya diam. Toby berusaha menolong Sarah. Ia membisikkan kata-kata ajaib, dan tiba-tiba kemampuan Sarah kembali. Ia bisa terbang dan membawa anaknya menjauh dari pengawas.

Toby melakukan hal yang sama pada banyak orang. Ia membisikkan kata-kata yang membuat orang-orang tersebut mengingat kemampuan terbang mereka. Satu persatu mereka terbang memenuhi angkasa meninggalkan pengawas. Namun, tak semua dari orang-orang itu memiliki kemampuan terbang. Bagaimana dengan mereka yang tak bisa terbang? Dapatkah mereka lolos dari perbudakan? Simak cerita selengkapnya dalam buku ini.

The People Could Fly” merupakan kisah yang penuh dengan pesan sosial, bahwa setiap orang berhak mendapatkan kebebasan. Banyak pesan yang tersirat dalam buku ini, membutuhkan pemahaman lebih agar pembaca dapat mengerti apa yang ingin disampaikan oleh Virginia Hamilton. Sepanjang cerita pembaca akan disuguhi ilustrasi yang menarik sekaligus menyentuh. Buku ini telah mendapat beberapa penghargaan seperti Coretta Scott King Illustrator Honor Book dan ALA Notable Children’s Book. Virginia Hamilton sendiri sebelumnya telah memenangkan banyak penghargaan, antara lain Newberry Honor, Hans Christian Andersen Medal, dan Laura Ingalls Wilder Medal. Ilustrator buku ini juga pernah memenangkan Caldecott Medal.

Meski dilabeli sebagai buku anak-anak, kisah ini bisa dibaca orang dewasa karena banyak membawa pesan sosial. Untuk anak-anak, saya merekomendasikan buku ini dibaca anak di atas 11 tahun dan lebih baik didampingi orang tua. Kenapa? Walaupun bukunya tipis, sebenarnya tema yang diangkat 'berat'. Terakhir, 4/5 bintang untuk buku ini!

Posting untuk:



Monday, April 8, 2013

[Review] Anak dalam cermin dan Cerita-Cerita Lain

Judul: Anak dalam Cermin dan Cerita-Cerita Lain
Judul asli: Dame Topple's Buns and Other Stories
Penulis: Enid Blyton
Alih bahasa: Indri K. Hidayat
Penerbit: Gramedia Pustaka Utama
Tebal: 189 hlm
Cetakan: Kesembilan, Juli 2002

Akhirnya.... menulis review buku salah satu penulis favorit saya! :D

Anak Dalam Cermin ini terdiri dari delapan kisah singkat. Yuk, kita bahas beberapa kisah yang ada di sini.



Kue Kismis Bu Topple
Pop adalah peri yang sangat rakus. Ia tinggal di Desa Cherry. Kelihatannya, Pop ini tak pernah merasa kenyang. Makanan apapun yang ada di depannya pasti diambil, bahkan ia sering merebut makanan dari orang lain. Penduduk Desa Cherry kesal sekali dengan Pop. Mereka kemudian minta tolong pada Bu Topple, wanita bijaksana di desa tersebut. Aha, ternyata Bu Topple punya ide brilian. Ia akan membuatkan kue kismis untuk Pop. Namun, ini bukan kue biasa. Jika seseorang makan tiga buah kue, semuanya akan baik-baik saja. Tapi, jika orang itu makan empat kue, tubuhnya akan bengkak. Makan lima, pakaiannya mulai sobek. Makan enam, ia akan melayang seperti balon. Makan tujuh, entah apa lagi hal buruk yang akan terjadi. Kira-kira Pop makan berapa buah kue ya? Apa yang akan terjadi dengan tubuhnya?

Dolly Pembuang Waktu
Dolly tidak pernah langsung mengerjakan sesuatu jika disuruh. Ia pasti menunda-nunda. Pura-pura tidak dengar, atau malah sibuk melakukan hal yang lain. Ibunya sampai kesal, kebiasaan Dolly ini akan merugikan dirinya sendiri. Ibu Dolly pun membuat perjanjian, Dolly harus segera datang kalau dipanggil atau diminta mengerjakan sesuatu. Ibunya tak akan mengulangi permintaan itu. Dolly setuju, tapi tetap saja ia suka membuang-buang waktu. Sampai ia kehilangan kesempatan untuk makan es krim dan bertemu Bibi Mary. Lalu, pada akhirnya Dolly sadar tidak ya kalau membuang-buang waktu itu tidak baik?

Kesalahan Teddy
Minggu depan Teddy berulang tahun. Sebenarnya, teman-teman sekelas tidak begitu peduli karena Teddy anak yang sombong. Namun, setelah dipikir-pikir lagi mereka ingin memberikan sesuatu pada Teddy. Maka, mereka mengumpulkan uang untuk membeli barang kesukaan Teddy. Tentunya semua merahasiakan kejutan ini. Sayangnya Teddy curiga dan justru merusak hadiah yang akan diberikan pada dirinya. Apa yang akan terjadi selanjutnya?

Anak dalam Cermin
Ronnie sangat egois, ia tidak mau meminjamkan mainannya kepada orang lain. Ibunya tidak suka Ronnie berbuat seperti ini. Ibunya sampai berharap Ronnie bertemu anak lain yang mirip dengannya agar ia tahu sikapnya itu tidak baik. Sepertinya harapan itu terkabul. Ronnie meengalami kejadian aneh. Ia bisa masuk ke cermin dalam kamarnya, kemudian bertemu anak laki-laki yang sangat mirip dengan dirinya. Anak laki-laki itu tidak mau meminjamkan mainan apapun pada Ronnie. Ronnie sampai kesal sekali. Apa pengalaman ini bisa menyadarkan Ronnie akan sifatnya sendiri?

Masih ada empat cerita lagi dalam buku ini: Karena Malas, Anak yang Terbelakang, Gara-gara Jinky, dan Kalau Suka Berbohong. Enid Blyton memang penulis yang karyanya tidak pernah lekang dimakan waktu. Sejak dulu saya sangat menyukai karya-karya Blyton. Sekarang saat membaca karya-karya Blyton lagi, saya masih terkagum-kagum dengan imajinasinya.

Kisah dalam buku ini sederhana, tapi justru itulah kekuatannya. Dari tema yang sederhana, Blyton mampu mengembangkannya menjadi karya yang besar, dan mempunyai nilai-nilai positif bagi anak-anak. Buku ini cocok dibaca bagi siapa saja, terutama mereka yang menikmati karya Blyton ketika kecil. Kisah ini tentu menjadi pintu nostalgia yang manis. Bagi anak-anak, buku ini saya rekomendasikan untuk usia tujuh tahun ke atas. Kisahnya yang tidak terlalu panjang, ukuran bukunya yang kecil dan mudah dibawa kemana-mana pasti membuat anak-anak suka membacanya!

Posting untuk:

 

Sunday, April 7, 2013

[Review] The Trouble With Bernie

[source]
Judul: The Trouble With Bernie
Penulis: Sharon Bushell
Ilustrasi: Katie Miller
Penerbit: Road Tunes Media
Tebal: 160 hlm
Cetakan: Pertama, 2004

Bernie Jones adalah seorang anak laki-laki yang sangat suka beraktivitas di alam bebas. Ia sering bermain dengan Alex, sahabat dekat yang tinggal di dekat rumah. Mereka sering bermain di semak-semak, menangkap serangga maupun ular. Meski keduanya cukup puas bermain berdua, mereka tak bisa menyembunyikan bahwa keinginan terbesar Bernie dan Alex adalah bergabung dengan The Blazing Bandits. The Blazing Bandits adalah geng anak laki-laki berumur di atas 12 tahun yang terdiri dari Clark Olsen (ketua geng), Brian Shaunessey, Richard dan Robert Patterson (si kembar), juga Larry Rustalio. Kelompok itu selalu terlihat keren di depan Bernie dan Alex. Sayang sekali, keduanya belum 12 tahun jadi tidak bisa bergabung di situ.

Kesempatan emas datang ketika Clark Olsen justru menawari Bernie dan Alex untuk bergabung di The Blazing Bandits. Ternyata, ini adalah trik dari The Blazing Bandits karena orang tua Alex baru saja membeli bioskop di kota itu. Mereka berpikir, kalau Bernie dan Alex bisa bergabung, The Blazing Bandits akan mendapat tiket gratis untuk nonton bioskop. Karena terlalu senang dengan tawaran ini, Bernie buru-buru mengiyakan sebelum pikiran The Blazing Bandits berubah. Alex awalnya tak yakin, tapi Bernie berhasil membujuknya.

"I don't know Bern," Alex said, "it seems to me like... something fishy about this deal." Ever the optimist, Bernie's response was, "Don't worry Alex. Everything's gonna be just fine." (p.19)

Sebelum dinyatakan resmi bergabung dalam The Blazing Bandits, Bernie dan Alex harus memenuhi syarat yang diajukan Clark Olsen. Keduanya sangat tegang, tak mempunyai bayangan apa yang harus dilakukan. Ternyata Clark Olsen menyuruh mereka memakan setoples besar mayones untuk masing-masing. Bagi Bernie, ini tak jadi masalah karena ia sangat menyukai mayones. Ia langsung memasukkan sendok demi sendok berisi mayones ke dalam mulutnya. Namun Alex lain ceritanya. Dia tak bisa menghabiskan mayones itu, sekuat apapun ia berusaha. Apakah akhirnya mereka berdua bisa memenuhi syarat yang diajukan The Blazing Bandits? Apakah Bernie dan Alex bisa bergabung dalam kelompok tersebut?

Cerita tersebut mengawali kisah yang ada dalam The Trouble With Bernie. Ada delapan cerita dalam buku ini, dengan Bernie sebagai tokoh utama. Namun, antara satu bab dengan lainnya tidak berhubungan langsung, jadi pembaca bisa memilih mau membaca bab yang mana dulu. Cerita ini berlatar belakang tahun 1950an, jadi masih banyak ditemui anak-anak yang bermain di rerumputan untuk mencari ular maupun serangga. Meski terbit pada 2004, latar belakang waktu yang diceritakan dalam buku ini terasa sekali, terutama karena tak banyak teknologi yang ikut andil dalam cerita.

Cerita favorit saya dalam buku ini berjudul "The Penny Hike". Untuk mengisi hari mereka, Bernie dan Alex memutuskan untuk mencoba permainan baru bernama penny hike. Untuk memainkan ini, kita hanya memerlukan sebuah koin untuk dilempar. Sebelumnya, kita memutuskan, misalnya jika koin menunjukkan angka maka kita belok kanan, jika koin menunjukkan gambar perjalanan dilanjutkan dengan belok kiri. Dalam waktu singkat, Bernie dan Alex sangat menikmati permainan ini. Mereka tidak tahu tujuan akhir mereka, tapi justru itulah yang membuat permainan ini seru.

Permainan terus berlangsung sampai akhirnya mereka melihat seorang nenek yang kelihatan bingung. Bernie memutuskan untuk mendekati nenek tersebut, diikuti Alex. Ternyata nenek itu lupa di mana ia memarkirkan mobilnya. Ia takut sekali untuk menelpon suaminya, khawatir selanjutnya tak boleh membawa mobil sendiri. Untuk menghibur sang nenek, Bernie membelikan es krim, kemudian mengajak nenek bermain penny hike. Nenek ini rupanya sangat antusias bermain penny hike, ia serasa bernostalgia dengan masa kecilnya. Ketika akhirnya sang nenek bisa menemukan mobil itu, ia mengucapkan quote favorit saya:

"There's just one more thing I want to say, then I really must be going. When you wake up one day, a long time from now, and find that you're considerably older than you ever thought you'd be, and when you start to forget things, try hard to remember this one thing....... independence," she told them shaking her finger with each syllable. "In-de-pen-dence." (p. 114)

Bahasa Inggris dalam buku ini cukup mudah dimengerti. Namun, bukunya memang cukup tebal bagi anak-anak, apalagi yang belum terbiasa membaca cerita dalam Bahasa Inggris. Karena itu, saya merekomendasikan buku ini dibaca anak-anak di atas 12 tahun. 3/5 bintang untuk petualangan (dan masalah) yang dialami Bernie.

Posting untuk:

[Review] Alice-Miranda at School

[source]
Judul: Alice-Miranda at School
Penulis: Jacqueline Harvey
Penerjemah: Reni Indardini
Penyunting: Herlina Sitorus
Penyelaras Aksara: Ike Shinta Dewi
Penerbit: Little K
Tebal: 274 hlm
Cetakan: I, Juni 2011

Alice-Miranda Highton-Smith-Kennington-Jones baru berumur 7 tahun ketika masuk ke Akademi Winchesterfield-Downsfordvale untuk Perempuan Muda Baik-Baik. Semua perempuan di keluarga Alice-Miranda bersekolah di asrama itu. Orang tuanya senang Alice-Miranda juga bersekolah di tempat yang sama, hanya saja tak menyangka ia akan mulai bersekolah di usia semuda itu. Pada hari keberangkatan ke sekolah, justru Alice-Miranda yang menenangkan ibunya agar tidak mengkhawatirkan dirinya.
Alice-Miranda sampai ke sekolah ketika masih musim liburan. Ini memberinya kesempatan untuk berkeliling sekolah terlebih dahulu. Pertama-tama, ia bertemu dengan Mrs. Smith, juru masak sekolah yang terkenal galak kepada anak-anak. Namun, dengan santai Alice-Miranda minum teh dan makan kue bersama Mrs. Smith. Dari perkenalan itu Alice-Miranda jadi tahu kalau Mrs. Smith belum pernah bertemu cucunya. Miss Grim, kepala sekolah, tidak pernah mengizinkan Mrs. Smith untuk libur. Mengetahui hal ini, Alice-Miranda bertekad ingin menemui Miss Grim agar mau mengizinkan Mrs. Smith libur.

Dalam perjalanan menuju ruangan Miss Grimm, Alice-Miranda bertemu Mr. Charles yang sedih karena tidak ada satupun bunga di lingkungan sekolah. Ia mengatakan Miss Grim tidak mau sekolah ditanami bunga. Ini membuat Alice-Miranda heran. Keinginan untuk bertemu Miss Grim semakin bertambah, dan menjadi lebih kuat lagi ketika ia berkenalan dengan Jacinta, siswa di sekolah itu. Jacinta tidak diizinkan ikut kejuaraan senam, padahal itu adalah hal yang paling diinginkannya.

Usaha untuk bertemu Miss Grim tinggal selangkah lagi. Alice-Miranda kini berada di ruangan Miss Higgins, sekretaris pribadi Miss Grim. Miss Higgins tidak memperbolehkan Alice-Miranda bertemu kepala sekolah. Namun, Alice-Miranda langsung menerobos masuk karena ia merasa pertemuan itu sangat penting. dan alangkah kagetnya Alice-Miranda ketika ia justru mendapat sambutan dingin dari Miss Grim. Ia pun kembali ke kamar, tapi berkata akan menemui kepala sekolah lain kali.

Alice-Miranda masih berusaha agar bisa bertemu Miss Grim. Seiring berjalannya waktu ia berkenalan dengan Millie. Ia juga telah bertemu Alethea, gadis kaya tapi sombong yang dibenci (dan ditakuti) seluruh siswa. Karena tidak kunjung mendapat kesempatan bertemu Miss Grim, Alice-Miranda akhirnya menyusun rencana agar Mrs. Smith dapat bertemu keponakannya. Tak lupa ia juga melakukan sesuatu agar Mr. Charles dapat menanam bunga di sekolah. Rupanya, Miss Grim tak terlalu suka dengan sikap Alice-Miranda ini. Miss Grim yang selama 10 tahun tidak pernah keluar ruangan, merasa terusik dengan kehadiran Alice-Miranda. Ia pun merencanakan rangkaian tes yang dianggapnya dapat membuat Alice-Miranda keluar dari sekolah. Simak petualangan Alice-Miranda menghadapi tes tersebut dalam buku ini.

Kesan pertama membaca buku ini, saya geli dengan nama-nama yang ada di sini. Di halaman pertama saja, saya sudah bertemu dengan Alice-Miranda Highton-Smith-Kennington-Jones. Lalu, tak lama kemudian saya membaca Akademi Winchesterfield-Downsfordvale untuk Perempuan Muda Baik-Baik (yang dalam versi aslinya bernama Winchesterfield-Downsfordvale Academy for Proper Young Ladies). Nama-nama yang sulit diucapkan (setidaknya bagi saya), dan tetap memberi kesan lucu hingga di halaman-halaman terakhir. :)

Cerita ini bukanlah kisah yang akan membuat pembacanya tegang karena konflik yang ada. Namun, sangat mungkin buku ini tetap 'mengikat' kita agar membaca sampai akhir. Saya sendiri sangat santai dalam membaca buku ini. Saya tak mengharapkan akhir yang menakjubkan dari cerita ini. Tapi saya sangat menikmati membaca kisah ini. Salah satunya karena karakter Alice-Miranda yang sangat mendominasi, juga cara penulis menuturkan kisah bisa membuat pembaca jatuh cinta pada sosok Alice-Miranda.

Alice-Miranda at School ini merupakan seri pertama dari cerita Alice-Miranda. Kisahnya yang santai bisa membuat pembaca benar-benar menyegarkan pikirannya, jadi buku ini sangat cocok dibaca di waktu senggang. Karena tidak terlalu sarat konflik, juga banyak sikap yang bisa ditiru dari Alice-Miranda, saya pikir anak usia 10 tahun ke atas sudah bisa memahami cerita ini. Saya penasaran dengan apa yang akan dilakukan Alice-Miranda selanjutnya. Untuk petualangan Alice-Miranda kali ini, saya beri 3/5 bintang .

Karakter dalam judul buku:
Alice-Miranda adalah anak kecil yang cerdas, ramah, dan baik hati pada semua orang. Yang tak kalah penting, ia juga berpikiran positif pada semua hal, juga selalu optimis. Mungkin pembaca akan menganggap Alice-Miranda adalah sosok yang mau tahuuu aja urusan orang lain. Tapi sebenarnya itu hanyalah cara dia agar bisa membantu orang tersebut. Saya sendiri sering gemes dengan kelakuan Alice-Miranda ini. ;)

Posting untuk: