Monday, January 28, 2013

[Review] Harry Potter and The Sorcerer's Stone

Judul: Harry Potter dan Batu Bertuah
Judul asli: Harry Potter and The Philosopher's/Sorcerer's Stone
Penulis: J.K. Rowling
Alih bahasa: Listiana Srisanti
Penerbit: Gramedia Pustaka Utama
Tebal: 382 hlm
Cetakan: Kedua, 2000

Pada awalnya, Harry Potter adalah seorang anak biasa yang tinggal bersama paman, bibi, juga sepupunya. Ia menjalani kehidupan 'normal' layaknya anak-anak lain. Normal kecuali pada bagian Harry harus tidur di lemari bawah tangga, juga normal dengan pengecualian ia harus pura-pura tidak ada ketika ada tamu yang sedang berkunjung ke rumah paman bibinya. Namun, rupanya kadar normal dalam hidupnya harus kembali berkurang ketika banyak kejadian aneh yang dialami Harry. Dari rentetan keanehan tersebut, pengalaman Harry berkomunikasi dengan ular boa menjadi puncaknya.

Menjelang ulang tahunnya yang kesebelas, untuk pertama kalinya Harry mendapat surat. Yap, surat dengan namanya sendiri tertulis di amplop. Padahal, selama ini bisa dibilang ia tak punya teman. Paman dan bibi Harry menyadari bahwa surat tersebut akan menguak sebuah rahasia besar. Surat-surat yang terus berdatangan pun disingkirkan dengan berbagai cara. Ternyata, sebuah rahasia memang harus terbongkar ketika Harry berulang tahun kesebelas. Di sebuah pondok di tengah laut, tepat tengah malam ia dikagetkan dengan kedatangan Hagrid yang mengantar surat untuknya, juga kue ulang tahun pertama dalam hidupnya.

Maka, tepat ketika Harry berusia 11 tahun, ia mengetahui sebuah tempat bernama Hogwarts. Ia mengetahui bahwa dirinya adalah seorang penyihir. Yang lebih mencengangkan, ia mengetahui bahwa dirinya adalah Anak yang Bertahan Hidup dalam pertempuran melawan Voldemort. Semenjak itu, kehidupannya berubah. Kini ia adalah seorang anak penyihir yang populer, sekolah di Hogwarts dengan kurikulum penuh dengan pelajaran sihir. Ia punya sahabat, Ron dan Hermione, juga burung hantu kesayangan bernama Hedwig. Harry memulai sebuah kehidupan yang tak pernah ia sangka sebelumnya. 
Dari seorang anak yang tak tahu apa-apa tentang sihir, Harry harus beradaptasi mengikuti pelajaran sihir di sekolahnya, seperti Transfigurasi, Ramuan, Sejarah Sihir, dll. Ia juga mendapat kesempatan menikmati serunya permainan Quidditch, sebuah olahraga yang populer di dunia sihir. Namun, kenyataan terbesar yang ia alami adalah bahwa Kau-Tahu-Siapa atau Voldemort, penyihir gelap yang berusaha membunuhnya dulu, tidak akan melepaskan Harry begitu saja.

Saya termasuk salah seorang di antara sekian banyak penggemar Harry Potter yang ikut hanyut dalam euforia novel fantasi ini. Saya ingat betul, pertama kali membaca novel ini ketika duduk di bangku SMP, ketika bertemu dengan perpustakaan daerah yang membuka akses bagi saya untuk membaca banyak judul novel. Saya juga termasuk salah satu penggemar yang menikmati euforia bersama teman-teman seusia. Selalu jadi kenangan yang menyenangkan ketika mengingat saat saya dan teman-teman beramai-ramai mendatangi perpustakaan daerah. Bertanya bersamaan kepada petugas apakan novel Harry Potter terbaru sudah datang. Jika jawabannya belum, kami akan sabar menunggu, dan selalu mengecek tentunya... Jika jawabannya sudah datang, wah langsung ramai itu perpustakaan. Kami langsung mengantre untuk pinjam, karena seingat saya perpustakaan hanya menyediakan satu eksemplar untuk setiap judulnya. Sungguh pengalaman yang tak terlupakan.

Sepertinya hari-hari SMP saya memang dipenuhi memori tentang Harry Potter. Bisa dibilang puncak saya nge-fans dengan novel ini ya ketika SMP itu. Pengalaman lain yang tak bisa dilupakan adalah ketika saya dan dua orang teman berniat mengirim surat kepada Daniel Radcliffe, sang pemeran Harry Potter di film adaptasi novel tersebut. Kami bertiga hati-hati sekali menulis surat tersebut dalam bahasa Inggris, menyampaikan banyak pesan kekaguman dalam bahasa asing. Pulang sekolah kami bersama-sama pergi ke kantor pos, mengirim surat pertama kami ke luar negeri! Berhari-hari kami terus berharap surat tersebut akan dibalas (dengan tulisan tangan Daniel sendiri, haha...) Tak disangka, di suatu sore saya mendapat balasan dari surat tersebut, tak hanya sekali tapi dua kali! Satu surat berisi foto, satunya lagi berisi kartu "Selamat Tahun Baru". Kedua teman saya juga mendapat balasan surat mereka masing-masing. Haha, langsung surat balasan itu jadi topik pembicaraan yang hangat selama berhari-hari. Sekarang kalau inget kejadian itu cuma senyum sambil geleng-geleng. Tentu saja saya sekarang sadar kalau balasan surat tersebut berasal dari manajemen, bukan dari tangan sang pemeran Harry Potter sendiri. Tapi, tetap saja kejadian ini jadi pengalaman manis dan lucu sebagai pengingat bagaimana saya pernah mengagumi sebuah kisah fantasi. Saya yakin, pasti banyak yang punya pengalaman sama? :))

Perkenalan saya dengan buku pertama dari seri Harry Potter membuat saya selalu menanti-nantikan judul berikutnya. Saya bahkan telah menjadi penggemar novel ini sebelum membacanya (sebelum baca Harry Potter saya lebih dulu mengenalnya lewat liputan di majalah Bobo). membaca Harry Potter merupakan petualangan tersendiri, di mana saya dibuat terkagum-kagum dengan imajinasi sang pengarang. Oya, saking banyaknya tokoh baru yang muncul seiring terbitnya judul lain dalam seri ini, saya sampai punya buku tulis yang saya isi dengan nama tokoh-tokoh dalam seri Harry Potter ini. Tujuannya? Biar saya nggak lupa tokoh ini berperan sebagai apa, ia punya hubungan apa sama Harry, dan sebagainya. Haha, kalau mengingat-ingat bagian ini saya sendiri juga nggak percaya :p 

Bagi saya, membaca Harry Potter untuk kali pertama adalah perkenalan akan petualangan yang menakjubkan. Membaca untuk kali kedua (dan seterusnya) adalah nostalgia yang (masih) penuh dengan petualangan. 4/5 bintang saya berikan untuk kisah fantasi yang legendaris ini!

Tuesday, January 22, 2013

Receh for Book(s) 2013


Akhirnya saya memutuskan menambah challenge di tahun ini. Kali ini bukan reading challenge. Peserta diharuskan mengumpulkan receh selama 2013 yang nantinya akan dibelikan buku. Suka idenya, unik! Mulai sekarang harus pinter-pinter nih bagi-bagi receh buat parkir dan challenge ini, hehe... Oya, challenge ini di-host oleh Maya @Dear Readers.

Yang mau ikutan juga, simak peraturannya:

  1.  Kumpulkan uang receh dari Januari-Desember
  2.  Jangan dihitung sampai akhir tahun 2013
  3. Setelah semua uang terkumpul, belikan buku yang kamu inginkan/bukunya dihadiahkan ke orang lain
  4. Kalau mau ikut, bikin posting mengenai challenge ini di blog masing-masing (tidak harus blog buku) kemudian masukkan link dari postingan kamu di mr.linky 
  5. Pasang banner Receh for book(s)
Yuk ikutan! Mari kita menabung receh :)

[Review] The Snowy Day

Judul: The Snowy Day
Penulis: Ezra Jack Keats
Penerbit: Scholastic
Tahun: 1962

The Snowy Day mengisahkan petualangan Peter di hari bersalju. Mulai dari membuat pola dengan jejak kakinya, pura-pura mendaki gunung bersalju, dan membuat manusia salju. Semua dilakukannya dalam satu hari. Wah, banyak sekali ya yang bisa dimainkan waktu hari bersalju. Waktu pulang ke rumah pun Peter masih teringat petualangannya bersama salju di hari itu.

Buku tipis ini penuh dengan ilustrasi berwarna. Penulisnya, Keats, membuat sendiri ilustrasi-ilustrasi di buku ini. Ilustrasi Keats di buku ini membuatnya meraih Caldecott Medal pada 1963. Sekilas tentang Caldecott Medal, penghargaan ini diberikan kepada ilustrator buku anak-anak di Amerika Serikat. Caldecott Medal sudah dimulai sejak 1938 dan merupakan salah satu ajang penghargaan buku anak yang paling prestisius. Nama penghargaan ini diambil dari Randolph Caldecott, seorang ilustrator asal Inggris yang banyak membuat ilustrasi untuk buku anak-anak. Tentang ilustrasi di The Snowy Day, saya memang tidak tahu banyak soal ilustrasi. Tapi menurut saya, ilustrasi yang sederhana di buku ini, tidak terlalu banyak detail justru membuat gambarnya menjadi menarik. Kata-kata sederhana dan ilutrasi menarik membuat buku ini layak dibaca anak usia delapan tahun ke atas, ketika mereka mulai banyak belajar Bahasa Inggris di sekolah.

Meski sekilas terlihat sederhana, rupanya ada pesan tersirat yang ingin disampaikan Keats lewat tokoh utama buku ini, yaitu Peter. Keats menyadari di buku anak-anak jarang sekali seorang anak African-American menjadi tokoh utama. Akhirnya, lewat buku ini Keats berusaha memberi ruang terhadap anak African-American yang menjadi minoritas. The Snowy Day merupakan buku pertama yang ditulis dan dibuat ilustrasinya sendiri oleh Keats. Dan juga buku pertama yang menampilkan seorang anak African-American sebagai tokoh utama di sebuah buku bergambar. 

Saya sangat menyukai bacaan anak-anak meski referensi saya belum terlalu banyak. Banyak sekali yang bisa kita pelajari dari literatur anak, termasuk latar belakang penulisan literatur anak itu, salah satunya contohnya di buku The Snowy Day ini. Jika hanya melihat ceritanya saja, siapa sangka buku tipis yang penuh warna ini merupakan hasil observasi penulisnya tentang tren buku anak-anak selama ini, dan bahkan berkaitan dengan isu ras. Melihat hal-hal lain yang lebih besar dari sesuatu yang sederhana merupakan petualangan tersendiri dalam membaca literatur anak. Dan akhirnya, 4/5 bintang saya berikan untuk buku ini!


Review ini diikutkan dalam Fun Year Event With Children's Literature host by Bacaan Bzee dan Little Alice's Garden. Yang mau tahu lebih banyak klik gambar berikut :)



Monday, January 21, 2013

[Review] Rumah Kecil di Rimba Besar

Judul: Rumah Kecil di Rimba Besar
Judul asli: Little House in The Big Woods
Penulis: Laura Ingalls Wilder
Penerbit: BPK Gunung Mulia
Tebal: 185 hlm
Cetakan: kedua, 1981

Di buku pertamanya ini, Laura mengajak kita untuk merasakan serunya tinggal di tengah hutan, dengan pohon-pohon yang mengelilingi rumah dan hewan liar yang bisa datang kapan saja. Meski jauh dari kota dan tetangga, Laura tak pernah bosan tinggal di rumah kecilnya bersama Pa (ayah), Ma (ibu), Mary (kakak), dan Carrie (adik). Sapi dan babi yang mereka pelihara juga menambah semarak suasana di sekitar rumah. Setiap hari Laura membantu Ma, mendengarkan cerita Pa, bermain dengan Mary, dan tak bosan-bosannya mengamati lingkungan sekitar hutan. 

Karena tinggal di tengah hutan, sudah pasti makanan sehari-hari didapat dari hutan. Untuk masalah ini, keluarga Laura mengandalkan keahlian berburu Pa. Jika Pa sudah berangkat berburu, Laura dan Mary tinggal menunggu apakah Pa akan membawa pulang rusa atau beruang untuk makanan mereka. Masalah masak-memasak, sudah pasti Ma yang akan mengerjakan. Ma pintar sekali mengolah daging untuk dimakan, disimpan untuk musim dingin, juga dimanfaatkan bulunya. Semua anggota tubuh hasil buruan Pa tidak akan terbuang sia-sia, semua menjadi barang yang bermanfaat setelah diolah oleh Ma.

Meski jauh dari saudara, tak berarti kehangatan di keluarga Laura berkurang. Beberapa kali saudara-saudara akan mengunjungi Laura di rumahnya, terutama di waktu natal. Laura akan bermain dengan sepupu-sepupunya. Pa, Ma, bersama paman dan bibi Laura akan menyiapkan segala sesuatu yang dibutuhkan. Diceritakan pula suatu hari Laura sekeluarga mengunjungi rumah nenek untuk mengikuti pesta dansa. Wah, Laura senang sekali! Ini adalah pesta dansa pertamanya. Dia sangat bersemangat melihat semua orang berdansa dengan gembira. Selain waktu kunjungan, saat-saat yang paling dinanti Laura adalah ketika Pa pulang dari kota. Laura selalu tak sabar menunggu apa yang dibawa Pa sebagai oleh-oleh dari kota.

Membaca kisah Laura layaknya mengikuti cerita seorang anak kecil yang lincah, penuh rasa ingin tahu, dan semangat. Ya, Laura memang sosok gadis kecil yang selalu berbinar jika rasa ingin tahunya memuncak. Selain itu, kita akan dibawa melihat kehidupan yang masih sangat sederhana, alami, dan menyenangkan. Yang tak kalah menarik adalah cara penceritaan Laura di buku ini. Semua hal diceritakan dengan sangat detail, mulai dari keadaaan rumahnya, proses memasak, cara berburu Pa, semua memiliki deskripsi yang sangat jelas. Ditambah lagi ilustrasi yang dibuat oleh Garth Williams benar-benar indah. Tak heran, karena Williams ternyata benar-benar melakukan riset sebelum membuat lukisan-lukisan ini.

Kata-kata sederhana dan deskripsi yang detail membuat kisah Laura ini cocok dibaca siapa saja. Bagi anak-anak usia SD, buku ini bisa digunakan untuk melatih membuat deskripsi. Kata-kata yang mengalir begitu lancar begitu mudah membayangkan kehidupan Laura waktu itu. 4/5 bintang untuk kisah Laura yang baru pertama kali saya baca!

Review ini diikutkan dalam Fun Year With Children's Literature host by Bacaan Bzee dan Little Alice's Garden. Yang mau tahu lebih banyak klik gambar berikut :)


Tuesday, January 15, 2013

[Review] Perjalanan Rasa

Judul: Perjalanan Rasa
Penulis: Fahd Djibran
Penerbit: Kurniaesa Publishing
Tebal: 203 hlm
Cetakan: Pertama, November 2012

Finally, another Fahd Djibran's book. Perjalanan Rasa adalah karya Fahd Djibran yang saya baca setelah A Cat in My Eyes dan Rahim. Saya selalu suka cara bertuturnya. Walaupun di buku ini jelas-jelas tertera genrenya adalah novel, saya lebih suka menyebutnya sebagai kumpulan renungan. Bagi saya, buku ini seakan mengajak kita berdialog, dalam sudut pandang yang berubah-ubah. Kadang Fahd Djibran menulis 'aku', kadang  berbincang dengan kita lewat sapaan 'kamu', terkadang pula menyisipkan kisahnya bersama keluarga. Bisa juga dibilang, membaca Perjalanan Rasa layaknya berbincang dengan diri sendiri. 

Ada beberapa hal menarik yang saya temui di buku ini:
  • Setelah baca beberapa bab, saya baru sadar kalau kata terakhir dari suatu bab akan jadi judul pada bab berikutnya. Unik! Sekilas bukunya terkesan tidak punya alur yang jelas, tapi ternyata justru alur yang ada sangat mengalir lewat judul di setiap bab.
  • Implisit! Ya, setiap membaca karya Fahd Djibran saya pasti mendapat kesan ada pesan-pesan implisit dalam setiap tulisannya. Makanya, bisa jadi setiap kisahnya harus dibaca pelan-pelan agar pesannya nggak ketinggalan.
  • Religius-universal. Entah tepat atau tidak pemilihan kata yang saya gunakan, tapi memang itu yang saya rasakan. Fahd Djibran selalu menyisipkan kisah tentang hubungan manusia dengan dirinya sendiri, lingkungan, juga Tuhan. Tapi caranya bercerita (menurut saya) bisa dimengerti oleh agama apapun.
  • Dialog yang lebih dewasa, mungkin karena penulis sendiri sekarang sudah jadi ayah ya.. Fahd Djibran banyak bercerita tentang istrinya, anaknya, juga kehidupan mereka. Saya baca A Cat in My Eyes tahun 2008, saya bandingkan dengan Perjalanan Rasa ini, memang terasa ada yang berbeda.
  • Kutipan-kutipan favorit. Sepertinya memang sudah ciri khasnya Fahd Djibran untuk membuat kata-kata indah, mengajak pembacanya mengangguk-angguk bersama, dan bikin pembaca pengen nulis ulang kutipan yang dia buat. 

Oya, saya suka sekali dengan halaman persembahan yang ditulis Fahd Djibran untuk anaknya, Falsafa Kalky Pahdepie. Trenyuh, terharu, penuh doa dan harapan, indah pokoknya.
belajarlah dalam kesabaran Ayub
berjalanlah bersama keberanian Ibrahim
bacalah semesta melalui kecerdasan Sulaiman
taklukkan dunia dengan ketangguhan Musa
himpunlah semua kebijaksanaan Yakub
katakanlah kebenaran semerdu suara Daud
kasihilah sesama sepenuh cinta Isa
lalu masukilah kebeningan dirimu
bersama ketakwaan Muhammad

Buku ini cocok dibaca siapa saja yang ingin menyelami berbagai perasaan, menjajal perjalanan rasanya sendiri. Siap-siap dibawa ke masa lalu, diajak berdiskusi dengan fenomena masa kini, bisa juga jadi galau karena merasa ada kemiripan kisah. Sayang, bintang yang ingin saya berikan harus berkurang karena cukup banyak kesalahan penulisan. Akhirnya, saya berikan 3/5 bintang untuk buku ini. Selamat menjelajahi perjalanan rasamu!

"Semoga Tuhan mendekatkan semua rahasia perasaan pada jawabannya"

Wednesday, January 9, 2013

[Review] 33 Pesan Nabi: Jaga Hati, Buka Pikiran

Judul: 33 Pesan Nabi Volume 2: Jaga Hati, Buka Pikiran
Penulis: vbi_djenggoten
Penerbit: Zaytuna
Tebal: 153 hlm
Cetakan: Keempat, Juli 2012

Setelah sebelumnya belajar hadis lewat 33 Pesan Nabi Volume 1, saya lanjut cari volume keduanya. Isinya tentu saja masih menarik untuk diikuti. Sekali baca, langsung ketahuan/ kerasa bedanya dengan buku pertama. Di buku kedua ini penulis lebih banyak menceritakan ilustrasi yang panjang, jadi dalam satu cerita kita bisa belajar dua sampai tiga hadis sekaligus. Selain itu, makin banyak renungan termasuk tentang kehidupan pribadi penulis sendiri. Semuanya tetap dikemas dalam kisah-kisah yang lucu, konyol, dan kadang bikin terharu juga.

Salah satu hadis yang baru saya tahu, padahal ngalamin sehari-hari:
Dari Abu Hurairah RA, Dari Nabi SAW. beliau bersabda: "menguap itu dari setan. Maka apabila seseorang di antara kamu menguap, hendaklah ditahannya sedapat mungkin. Sesungguhnya jika seorang di antara kamu mengatakan 'ha' lantaran menguap, tertawalah setan." (HR. Bukhari)













Tidak ketinggalan, fenomena blackberry bisa aja dihubungkan dengan agama. Tapi ini contoh dari penulis saja, karena inti yang ingin disampaikan kita tidak boleh berlebihan dalam bicara, juga membuang-buang harta. Jadi sebenarnya bisa diterapkan dalam hal apa saja yaa.. Tetep aja, mesti harus pakai senyum-senyum kalau baca bagian ini:



Selebihnya, komik ini berbicara masalah sehari-hari yang kadang kita sadar maupun nggak sadar, harus diwaspadai. Ternyata banyak ya kegiatan sehari-hari yang bisa nyerempet ke hal-hal kurang baik, bahkan humor di televisi. Kita bisa pula menyimak pengalaman pribadi dari penulis sendiri yang bisa dibilang, bikin dilema. Dan ah, belajar tentang prasangka yang kadang menyesatkan. 

Banyak renungan yang bisa ditemukan dalam cerita tentang bos penulis yang awalnya hobi berfoya-foya, tapi tiba-tiba rajin sholat dan puasa. Kata kuncinya bisa ditemukan di komik ini. Juga kisah bapak kos penulis, mulai dari awalnya kaya raya, terjun ke dunia politik, hingga jatuh bangun memperbaiki diri. Menarik untuk diikuti, apalagi sang istri selalu setia menemani. Tak lupa, penulis selalu menyelipkan hadis-hadis yang berkaitan, baik di tengah maupun akhir setiap kisah. 

Kesan yang saya dapat? Tetap, buku ini jadi alternatif yang menyenangkan untuk belajar ilmu agama. 5 bintang! :)

Sunday, January 6, 2013

[Review] 123 Kutipan Film Ok

Judul: 123 Kutipan Film Ok
Penulis: Hikmat Darmawan
Penerbit: PlotPoint
Cetakan: Pertama, Mei 2012

Sekilas lihat cover buku ini, sangat eyecatching dengan warna hijau menyala dan tulisan 123 dengan font yang cukup besar. Sesuai judulnya, buku ini berisi kutipan-kutipan film dari berbagai genre dan tahun. Karena isinya kutipan, dari awal sudah diberi 'petunjuk' kalau kita bisa membaca buku ini secara acak, nggak harus urut per halaman. Selain kutipan film, ada beberapa bagian berisi tips singkat yang diambil dari adegan berbagai film. Tipsnya sendiri menurut saya lucu, kadang konyol, juga bikin bertanya-tanya sendiri, "percaya nggak yaaa" :p Nah, sepertinya seri 123 ini menyadari respon para pembaca. Makanya, di setiap akhir kutipan atau tips juga diberi indikator penting atau tidaknya tulisan itu. Levelnya mulai dari angka 1-5, dengan kategori penting aja sampai penting banget. Asiknya, kita bisa isi sendiri level ini menurut pendapat masing-masing.

Buku ini sangat ringan buat dibaca, nggak terlalu tebal juga. Saya sendiri menghabiskan buku ini dalam perjalanan Prameks dari Jogja ke Solo. Kutipannya banyak yang lucu, konyol, tapi ada juga yang bikin terharu dan bikin senyum-senyum sendiri. Nilai plus juga, habis baca kutipannya saya sadar banyak film yang belum ditonton. Langsung deh bikin list film apa saja yang pengen ditonton setelah baca 123 Kutipan Film Ok ini :D Ada beberapa kutipan favorit saya dari buku ini:

Harry: There are two kinds of women, high maintenance and low maintenance.
Sally: And Ingrid Bergman is low maintenance?
Harry: An L.M. Definitely.
Sally: Which one am I?
Harry: You're the worst kind. You're high maintenance, but you think you're low maintenance.
(When Harry Met Sally, 1989, Rob Reiner)

"Pekerjaan paling baik adalah pekerjaan di mana lo bisa nikmati pekerjaan itu tanpa pernah ngeluh" (Janji Joni, 2005, Joko Anwar)

"Remember... hope is a good thing, maybe the best of things, and no good thing ever dies" (The Shawshank Redemption, 1994, Frank Darabont)

123 Kutipan Film Ok sendiri merupakan salah satu judul dari seri 123 yang diterbitkan PlotPoint. Selain buku ini, ada juga judul seri 123 yang lain seperti 123 Tips PDKT & Nembak, 123 Anti Kere, 123 Anti Bego. Semua covernya eyecatching, warnanya saja yang beda. Di buku ini juga ada informasi tentang penerbit PlotPoint. Ternyata PlotPoint punya banyak workshop mulai dari menulis sampai bikin komik, langsung bersama pakarnya. Ide yang menarik dari sebuah penerbit. After all, buku ini cocok jadi bacaan ringan di waktu senggang, saya beri 3/5 bintang.

Ps: Ini postingan pertama saya setelah jadi anggota BBI dengan nomor 209. Semoga bisa konsisten nulis ya.. :D

Thursday, January 3, 2013

Buku Pertama di 2013


Hujan yang mengguyur Jogja kemarin sore (2/1) tidak menyurutkan niat saya untuk mengarahkan motor ke Togamas. Emang udah niat hari itu mau mampir Togamas, (lagi-lagi) mumpung ada event diskon, kali ini 30% all item. Saya cuma jalan-jalan bentar soalnya udah ada catatan mau beli apa, gak boleh tengok kanan-kiri lagi :p Akhirnya saya pulang membawa buku ini:


33 Pesan Nabi: Jaga Hati, Buka Pikiran ini merupakan kelanjutan dari komik 33 Pesan Nabi Volume 1. Saya beli karena suka dengan cara bertuturnya, banyak pelajaran seputar agama yang disampaikan dengan santai, lucu, dan tidak menggurui .

Perjalanan Rasa saya ambil karena memang cukup banyak membaca buku-buku karya Fahd Djibran. Karyanya sering berbicara tentang Tuhan, juga kehidupan. Saya tidak bisa mendeskripsikan buku ini sebagai novel panjang, saya lebih sreg menyebutnya kumpulan renungan.

Wonder sudah lama ada di wishlist saya. Pertama kali tertarik, tentu saja karena covernya. Lucunya di cover buku ini justru tertulis pesan Don’t judge a book boy by its cover his face. Setelah kepincut cover, saya mulai buka sedikit-sedikit buku ini. Ternyata tokoh utamanya adalah anak-anak yang memiliki penyakit langka hingga wajahnya tidak seperti anak kebanyakan. Makin penasaran akhirnya resmi buku ini jadi wishlist sejak berbulan-bulan yang lalu.

Itulah belanjaan saya di awal tahun. Yang mau belanja buku juga di Togamas masih ada tuh diskonnya sampai 6 Januari nanti. Selamat berburu...

Wednesday, January 2, 2013

[Review] A Cat in My Eyes: Karena Bertanya Tak Membuatmu Berdosa


Judul     : A Cat In My Eyes: Karena Bertanya Tak Membuatmu Berdosa
Penulis  : Fahd Djibran
Penerbit : Gagas Media
Tebal : 162 halaman
Cetakan:  Pertama, 2008

Membaca judulnya sepintas, dimana kucing dijadikan salah satu tokoh utama, cukup menimbulkan rasa penasaran mengenai isi bukunya. Ada apa dengan seekor kucing? Atau mata kucing? Pertanyaan-pertanyaan itu sedikit demi sedikit akan terjawab ketika membaca lembaran-lembaran dalam buku ini. Tentu saja buku ini tidak melulu berbicara tentang kucing. Mata kucing dalam buku ini diibaratkan sebagai makhluk yang selalu bertanya-tanya, yang tidak akan kehabisan bahan untuk dipertanyakan.

Dibalut dalam 27 kisah yang dengan sederhana sekaligus mendalam berbicara tentang Tuhan, hidup, dan cinta. Sederhana karena masalah yang diangkat dalam buku ini cukup akrab dengan kehidupan kita sehari-hari. Mendalam karena ternyata dari kisah sederhana tersebut tersimpan makna yang mungkin tidak terpikirkan sebelumnya. Lihat saja dalam salah satu kisah yang berjudul ”Tubuh”, yang juga menjadi kisah pembuka dalam buku ini. Kisah ini berusaha mencari definisi atau arti yang tepat tentang satu kata, yaitu cantik. Kata yang tentu tidak asing bagi kita. Namun buku ini mampu mengungkapkan betapa sulitnya usaha sang tokoh utama untuk menemukan definisi yang paling tepat tentang satu kata itu, padahal sesungguhnya apa yang mereka cari juga tidak jauh dari kehidupan mereka.

Lihat pula kisah yang berjudul ”A Cat In Your Eyes”. Kisah ini menceritakan dua perlakuan berbeda terhadap seekor kucing dan seorang manusia yang tertabrak mati oleh sebuah mobil. Menabrak kucing yang masih dipercaya sebagai pertanda buruk membuat bangkainya diperlakukan lebih manusiawi daripada seorang manusia yang tertabrak mobil yang sama. Kisah ini bisa dijadikan cerminan bagi masyarakat Indonesia yang masih cukup percaya dengan berbagai mitos sehingga bisa mengesampingkan perasaanya sebagai seorang manusia.

Di samping dua judul di atas, masih ada 25 judul lain yang patut Anda selami, di antaranya adalah ”Matamu yang Sepi”, ”Kepada R”, ”Ke Manakah Kau Siang Tadi, Tuhan?”, dan ”5 untuk Bunda”. Membaca kisah-kisah dalam buku ini akan membuat Anda menemukan makna dan sudut pandang yang lain atas kejadian yang sebenarnya tidak asing. Kejadian dan perasaan yang sangat manusiawi, misalnya merindukan kekasih, akan diceritakan sangat apik dalam buku ini.

Fahd Djibran telah berhasil membuat buku ini menjadi sebuah paket lengkap berisi hubungan manusia dengan Tuhan, dirinya sendiri, lingkungan sosialnya, bahkan dengan hal-hal abstrak semisal waktu. Kisah hidup sehari-hari yang sebelumnya tidak pernah dipikirkan secara mendalam berhasil dikemasnya dalam bahasa yang cerdas sehingga bisa dilihat segi kompleksitasnya. Hal ini diamini pula oleh Dewi ’Dee’ Lestari, penyanyi sekaligus novelis, yang turut memberikan komentarnya akan buku ini.

Buku ini bisa pula dijadikan renungan mengenai hal-hal yang semakin marak terjadi belakangan ini, misalnya mengenai kriminalitas yang semakin menjadi-jadi. Kisah cinta masa kecil pun turut pula disertakan oleh Fahd Djibran, menggambarkan betapa polosnya seorang anak kecil yang baru menyadari bahwa ada sesuatu yang disebut ”menyukai seseorang”. Secara garis besar, buku ini benar-benar berbicara mengenai realitas yang cenderung disimpan rapat-rapat dan kita sendiri pun merasa berat untuk mengakuinya.

Pertama kali melihat sampul bukunya, lucu dan unik, dua kesan itulah yang hinggap di kepala saya. Pemandangan jalan raya yang sepi dan seekor kucing di bagian tengahnya, dengan latar langit biru yang cerah membuat saya menerka-nerka isi di dalamnya. Rasa penasaran itu bertambah ketika mengetahui bahwa buku dengan sampul yang lucu ini dilabeli dengan kategori sastra.

Label sastra dalam buku ini memang tidak main-main. Terkadang untuk memahami satu kalimat atau satu judul, tak cukup hanya dengan membacanya satu kali saja. Namun, bukan berarti pula buku ini hanya cocok dinikmati para penggila sastra dan pembaca setia buku sastra. Usaha yang perlu dilakukan pembaca untuk mencari makna apa yang sebenarnya ingin diungkapkan Fahd Djibran membuat buku ini pantas dibaca siapa saja yang selalu ingin mencoba hal baru. Bahasa yang terkadang lugas, terkadang pula rumit membuat kita semakin bertanya-tanya dan ingin segera menuntaskan rasa ingin tahu kita.

Namun, ada kelebihan tentu ada pula kekurangan. Ada yang mengganjal bagi saya ketika membaca buku ini. Rasa ingin tahu yang terus-menerus ditimbulkan oleh buku ini memang bagus. Akan tetapi, hal itu bisa menjadi suatu kebingungan karena terasa buku ini kurang memiliki alur dalam ceritanya. Sebagai contoh ada beberapa kisah yang bercerita tentang bunda tetapi kedua kisah tersebut harus terpisah cukup jauh dengan diselingi kisah-kisah lain di antara keduanya. Penempatan seperti ini bisa membuat pembaca kesulitan dalam mengatur alur pikiran.

Terlepas dari kelebihan maupun kekurangan dalam buku ini, ”A Cat In My Eyes: Karena Bertanya Tak Membuatmu Berdosa” tetap bisa menjadi pilihan bagi Anda yang gemar bertanya. Gemar mencari dan mengetahui lebih dalam lagi mengenai Tuhan, hidup, dan cinta. Jadi, jika Anda menyimpan banyak pertanyaan yang tak jauh-jauh dari kehidupan kita, buku ini bisa menjadi salah satu referensi Anda untuk menemukan jawaban atau justru membuat pertanyaan Anda semakin berkembang. Teruslah bertanya, karena bertanya tak membuatmu berdosa bukan?