Monday, May 20, 2013

#surprisegiveaway Aruna: Berpetualang Bersama Buku


Mengapa saya mencintai buku? Saya selalu bingung kalau mendapat pertanyaan itu. Saya masih sangat ingat bacaan pertama saya. Majalah Bobo yang dibelikan ibu. Iya, kelinci biru yang pasti sangat akrab juga dengan teman-teman. Sejak Bobo pertama yang saya miliki, saya selalu menanti-nantikan ibu membawa Bobo sepulang dari pasar. Ketika masih duduk di bangku TK, saya selalu senang kalau guru saya sudah mulai mengeluarkan buku bacaan. Deretan huruf dengan gambar berwarna-warni selalu berhasil menarik perhatian.

Mengapa saya mencintai buku? Buku selalu bisa jadi teman, tentu saja. Misalnya saat bosan menunggu, saya bisa memilih mau ditemani siapa saat itu. Saya bisa ikut Alice pergi ke Wonderland. Masuk lewat lubang kelinci dan bertemu banyak makhluk fantasi. Atau saya bisa memilih untuk ikut dalam petualangan Tom Sawyer. Sambil sesekali geleng-geleng kepala melihat kebandelan anak itu. Oh, jangan lupa juga masih ada Pinokio si boneka kayu. Dia akan mengajak kita berkenalan dengan Geppetto, ayah yang sangat baik hati. 

Banyak orang yang menyukai hujan. Mungkin rintiknya membawa ketenangan. Atau aroma tanah yang basah selalu menyenangkan. Tak jarang hujan membawa suasana sendu. Ah, kalau sudah begitu, buku-buku romance selalu ampuh jadi teman. Kita bisa ikut larut dalam kisahnya yang sendu. Atau justru tertawa terbahak-bahak membaca kisah pasangan yang menggemaskan. Bisa juga kita terharu hingga ikut menangis. Sementara hujan memaksa kita tetap diam, kita tetap bisa berkelana bersama buku di tangan.

Masa-masa sekolah tentu jadi kenangan yang tak terlupakan. Jika ingin bernostalgia, atau sekadar mengintip masa remaja, buku juga bisa jadi mesin waktu. Novel-novel teenlit banyak bertebaran. Mungkin kita bisa bertemu kenangan putih abu-abu di sana. Atau tersenyum saja membaca kisah para remaja. Kita juga bisa ikut bersekolah di tempat yang tak pernah terbayangkan sebelumnya. Belajar transfigurasi dan mengenal hewan gaib bersama Harry Potter. Ikut pesta tengah malam bersama Darrell di Malory Towers. Buku bisa membawa kita jalan-jalan ke mana saja.

Jadi, kenapa saya mencintai buku? Ya, buku bisa jadi teman kapan saja. Buku bisa menemani kita bernostalgia dan mengajak kita jalan-jalan ke tempat yang tak pernah dibayangkan. Buku-buku itu tak pernah lelah menceritakan banyak kisah. Membawa kita berpetualang dalam berbagai suasana. Yang pasti, buku bisa membuat saya belajar banyak hal. Tidak diragukan lagi, saya selalu senang kalau ada buku di tangan. :)



* Tulisan ini dibuat untuk mengikuti surprise giveaway dari Aruna Omah Buku dalam rangka ulang tahunnya yang pertama.

Saturday, May 18, 2013

[Movie Adaptation] Inkheart

[source]
Judul: Inkheart
Sutradara: Iain Softley
Produser: Cornelia Funke, Ileen Maisel, Barry Mendel
Pemain: 
Brendan Fraser sebagai Mortimer Folchart
Eliza Bennet sebagai Meggie Folchart
Paul Bettany sebagai Dustfinger
Andy Serkis sebagai Capricorn
Jim Broadbent sebagai Fenoglio
Helen Mirren sebagai Elinor Loredan
Rafi Gavron sebagai Farid
Sienna Guillory sebagai Resa
Jamie Foreman sebagai Basta

Mo adalah seorang 'dokter buku', ia bekerja memperbaiki buku-buku yang rusak agar tampak rapi kembali. Pekerjaannya ini membuat Mo dan Meggie, putrinya, sering bepergian ke berbagai tempat. Ayah dan anak ini sama-sama pecinta buku. Meggie menyadari, ke manapun mereka bepergian, Mo selalu tampak serius meneliti rak demi rak buku yang mereka temui. Meggie berpikiran Mo sedang mencari satu judul buku yang khusus. Namun Mo tidak pernah mau memberitahu Meggie.

[source]
Di suatu kota, Mo akhirnya menemukan buku yang selama ini ia cari, Inkheart. Ia dan Meggie kemudian mengunjungi Elinor, bibi Meggie. Elinor juga seorang pecinta buku, bahkan bisa dikatakan terobsesi dengan buku. Siapapun tak boleh berada terlalu dekat dengan buku-bukunya. Karenanya, tak heran jika Elinor sangat terpukul ketika segerombolan laki-laki mendatangi rumahnya di suatu malam. Mereka membuang buku-buku Elinor dan membakarnya. Mo berusaha menghalangi orang-orang ini. Meggie sangat heran karena Dustfinger, seorang laki-laki yang pernah ia temui, menjadi salah satu orang yang ikut dalam gerombolan ini. Akhirnya, Meggie, Mo, dan Elinor dibawa ke sebuah kastil oleh gerombolan ini.

Di sana mereka bertemu Capricorn. Dan sebuah rahasia besar pun terkuak. Mo memiliki kemampuan mengeluarkan tokoh fiksi dari buku yang dibacanya. Capricorn, Basta (kaki tangan Capricorn), dan Dustfinger adalah orang-orang yang tanpa sengaja dikeluarkan oleh Mo dari kisah Inkheart. Saat itu, Resa, ibu Meggie tanpa sengaja justru tertarik masuk ke dalam kisah Inkheart. Dustfinger mencari Mo karena ia ingin kembali ke dunia Inkheart. Sebaliknya, Capricorn dan Basta tak mau kembali ke cerita fiksi, mereka ingin memanfaatkan kemampuan Mo untuk menambah kekayaan.

[source]
Petualangan pun dimulai. Mo dipaksa membaca kisah 1001 Malam. Ia berhasil mengeluarkan emas dari buku itu, dan tanpa sengaja mengeluarkan Farid. Rahasia lainnya mulai terungkap. Ternyata Resa telah kembali ke dunia nyata, dan berada di kastil yang sama. Sayangnya, Resa kehilangan suaranya. Mo juga belum mengetahui bahwa Resa berada di dekatnya. Mo, Meggie, Elinor, dan Dustfinger pun membuat rencana untuk melarikan diri. Berbekal kemampuan Mo sebagai "Lidah Ajaib", ia 'mengeluarkan' badai besar dari kisah The Wizard of Oz. Keadaan kacau. Inilah kesempatan mereka untuk melarikan diri, dengan Farid ikut serta bersama mereka. Rencana lain untuk menyerang Capricorn pun terbentuk. Mo dan Meggie mendatangi Fenoglio, penulis Inkheart. Pria tua inilah satu-satunya harapan mereka agar Capricorn berhenti mengacaukan dunia di mana ia tak seharusnya berada.

Inkheart adalah adaptasi film dari novel berjudul sama yang ditulis oleh Cornelia Funke. Ketika kita melihat film yang merupakan adaptasi dari sebuah novel, hampir bisa dipastikan kita akan membanding-bandingkan dua karya tersebut. Begitu pula yang saya alami ketika menonton film ini. Tak jarang akan ada komentar dari para penonton, "adegan ini harusnya begini" "settingnya beda dengan bukunya". Jadi, apakah cerita dalam film ini sama persis dengan bukunya? Jawabannya tidak.

Ada banyak perbedaan antara penggambaran kisah di buku dan film. Salah satu contoh saja. Di versi buku, adegan Mo dan rombongan melarikan diri diceritakan karena Dustfinger (yang dalam buku bernama Staubfinger) berhasil mencuri kunci ruang tahanan. Namun, dalam film ada tambahan adegan Mo 'mengeluarkan' badai dari kisah The Wizard of Oz untuk membuat keadaan menjadi kacau. Selanjutnya, adegan ketika Meggie mengetahui bahwa dirinya memiliki kemampuan yang sama sebagai "Lidah Ajaib" juga memiliki penggambaran yang berbeda. Jika ditanya lagi, apakah saya kecewa dengan banyaknya penggambaran yang berbeda ini? Kembali, jawabannya adalah tidak.

Film Inkheart membawa saya pada petualangan yang berbeda dari bukunya. Saya tak kehilangan imajinasi saya ketika membaca novel Inkheart. Namun, menonton filmnya juga menjadi kesenangan tersendiri. Dalam film, kita disuguhi dengan kemunculan berbagai hewan-hewan fantasi, di mana hal tersebut tak disebutkan dalam novel. Saya juga tambah senang ketika mengetahui kisah favorit saya, "The Wizard of Oz", ikut menjadi bagian yang penting dalam beberapa adegan. Padahal, dalam versi buku, adegan tersebut tidak ada. Beberapa adegan yang dihilangkan dari buku untuk kepentingan durasi juga tidak mengganggu pemahaman penonton.

Jadi akhirnya, saya berhasil menikmati novel dan film dengan judul sama, sebagai dua karya yang berbeda. Baik buku maupun filmnya bisa saya pahami dengan cara masing-masing. Pun ketika di bagian ending kita disuguhi penyelesaian yang sedikit berbeda dengan novel, saya masih bisa menikmatinya. Bagaimana dengan kalian? Adakah yang sudah membaca dan menonton filmnya? Silakan share pendapat kalian di sini :)

Simak juga review saya untuk versi novel Inkheart di sini

Postingan untuk Meme Books into Movies host by Hobby Buku: 
(klik gambar untuk melihat syarat dan ketentuan)


Friday, May 17, 2013

[Review] Pintu Harmonika

[Source: Goodreads]
Judul: Pintu Harmonika
Penulis: Clara Ng & Icha Rahmanti
Penerbit: PlotPoint Publishing
Tebal: 307 halaman
Cetakan: Pertama, Januari 2013

Rizal, Juni, dan David memiliki beberapa kesamaan. Mereka bertiga sama-sama tinggal di ruko yang berdekatan. Lantai satu ruko mereka sama-sama digunakan untuk usaha orang tua. Tanpa diduga-duga, mereka sama-sama merasa nyaman menyebut suatu tempat sebagai surga. Surga bagi mereka bukan tempat yang mewah. Surga bagi mereka sangat sederhana. Sebuah tanah kosong yang tenang, tapi mampu menyimpan banyak kenangan. Begitu banyak kisah yang terurai dari surga tersebut. Ini kisah mereka.


Rizal Zaigham Harahap
Rizal, seorang siswa SMA yang populer di kalangan para cewek. Ia juga blogger yang cukup terkenal, bahkan Rizal punya pendukung di dunia maya yang menamakan diri mereka Rizal's Angels. Sebelum pindah ke ruko, Rizal tinggal di rumah kontrakan bersama kedua orang tuanya. Ibunya begitu bahagia ketika mereka akan pindah ke ruko. Sayangnya, ibu Rizal meninggal dunia sebelum merasakan hangatnya suasana keluarga di ruko mereka sendiri. Jadilah Rizal tinggal berdua saja di ruko yang lantai dasarnya telah disulap menjadi Toko Kelontong Firdaus. Rizal sangat menyayangi ayahnya. Menyenangkan membaca dialog mereka yang tidak terlalu kaku. Dialog antara Rizal dan ayahnya mengalir seperti berbicara kepada sahabat.

Surga-tanah kosong itu-bagi Rizal adalah tempat rekreasi juga relaksasi yang tiada duanya. Ia bisa betah berjam-jam duduk di surga bersama laptopnya dan berselancar ke dunia maya. Begitu pula saat ia harus membantu Cynthia mencari dana untuk grup dance-nya. Ya, berawal dari nilai Matematika yang kurang baik, tanpa disangka Rizal harus bekerja sama dengan cewek populer ini.  Ia harus membantu Cynthia mengumpulkan dana untuk grup dance, dengan begitu nilai Rizal bisa jadi lebih baik. Sadar akan kepopulerannya di dunia maya, Rizal memanfaatkan blog-nya untuk aksi penggalangan dana.

Konsentrasi Rizal terpecah. Selain harus membantu Cynthia mencari dana, Rizal juga harus memutar otak agar tidak kehilangan surganya. Entah kenapa, pemilik surga tiba-tiba memasang banyak iklan yang menunjukkan surga akan dijual. Bersama-sama dengan Juni, mereka pun terlibat aksi mendebarkan, aksi menyelamatkan surga. Semua detail tentang aksi ini ia ceritakan dalam blog-nya, yang ia sebut Jurnal (bukan Diary). Lewat jurnal tersebut, kita akan melihat bagaimana Rizal mengalami proses pendewasaan, dewasa dalam hubungan dengan ayahnya, teman sekolah, lingkungan tempat tinggal, juga terhadap dirinya sendiri.

Juni Shahnaz
Gadis tomboi yang suka membaca buku detektif. Juni suka menelusuri halaman demi halaman kisah detektif bersama David. Ia gadis yang cerdas. Sayangnya, pergaulannya di sekolah tidak begitu menyenangkan. Setelah merasakan menjadi korban bullying, Juni menjadi lebih agresif dan menjadi pelaku bullying. Juni pun di-skors dari sekolah. Tak disangka, tindakan Juni ini mengancam usaha sablon ayahnya. Komunikasi Juni dan ayahnya menjadi memburuk. Ia merasa bersalah, tapi juga masih kacau dengan pikirannya sendiri.

Di tengah kekacauan itu, Juni masih harus memikirkan bagaimana agar surga mereka tak diambil orang lain. Petualangan bersama Rizal pun dimulai. Beberapa cara dilakukan agar surga mereka tetap ada di situ, tetap menjadi tanah kosong yang aman bagi mereka. Di luar masalah surga, Rizal rupanya mampu menularkan semangat menulis kepada Juni. Sehari-hari Juni bercerita tentang pengalaman dan perasaannya lewat jurnal yang ia sebut Catatan harian Seorang Tahanan Rumah. Simak semua curahan hati Juni di jurnal ini.

David Christian Hadijaja
Anggota termuda penghuni surga. Terobsesi menjadi detektif setelah membaca buku-buku detektif milik Juni. Ia tak mau disamakan dengan anak-anak lainnya. David selalu merasa lebih dewasa dari anak-anak seusianya. David tinggal bersama ibunya yang memiliki usaha toko kue. Angels's cookies buatan ibu David adalah kue yang paling terkenal. Namun, entah kenapa tiba-tiba senyum yang biasanya ada di angel's cookies tiba-tiba tidak digambar lagi. Naluri detektif yang dimiliki David membuatnya ingin memecahkan misteri itu. Apalagi ia merasa ibunya tidak mau mengatakan yang sebenarnya.

Sama seperti Rizal dan Juni, David sangat mencintai surga. Oleh karenanya, tak heran kalau David sangat kesal ketika diam-diam tahu ia tidak diajak dalam misi menyelamatkan surga. Meski begitu, David tetap ingin membantu Rizal dan Juni. Tanpa mereka ketahui, David sudah membantu Rizal dan Juni agar tidak ketahuan petugas ketika melakukan misi tersebut. 

Di tengah keseruan misi penyelamatan surga, David mengalami banyak hal aneh. Tiba-tiba ia mendengar suara dari atap dan menemukan bulu hitam yang misterius. Ibu David juga semakin hari terlihat semakin kurus, lesu, dan tidak bersemangat. Ia bertekad akan mengungkap kejadian aneh ini. Semua kecurigaannya dapat kita simak dalam Catatan David Christian Hadijaja aka David Edogawa.

Pintu Harmonika pada awalnya adalah skenario film dengan judul sama yang kemudian
Source
diadaptasi menjadi sebuah buku. Dalam novel ini, kita diajak memahami cerita dari tiga sudut pandang: Rizal, Juni, dan David. Saya suka dengan ide kisah ini. Menggabungkan antara ekspresi remaja, hubungan dengan orang tua, dan pergaulannya dengan teman-teman. Saya jarang menemukan novel remaja yang membahas tema seperti ini.


Setiap sudut pandang dalam novel ini memiliki ciri masing-masing. Rizal, seorang remaja populer yang aktif dengan social media terlihat paling atraktif. Pede, gampang bersosialisasi. Rizal lebih suka menyebut dirinya dengan 'gue'. Berbeda dengan Juni yang lebih tertutup. Ia suka larut dengan pikirannya sendiri. Tak mengetahui apa pentingnya sebuah jurnal sampai Rizal menularinya untuk menulis. Juni menyebut dirinya sebagai 'aku'. David, karakter paling imut dalam novel ini. Semangatnya meledak-ledak, apalagi kalau sudah menyangkut petualangan ala detektif. David sangat dekat dengan mamanya. Ia menulis dirinya sebagai 'saya'.

Tiga sudut pandang ini diceritakan begitu apik dalam Pintu Harmonika. Ciri masing-masing karakter sangat terlihat bedanya. Jurnal dari satu karakter akan menjadi pelengkap informasi dari jurnal karakter lainnya. Secara keseluruhan, saya sangat menikmati membaca novel ini. Apalagi cover novel ini sangat cantik, benar-benar menggambarkan cerita. Tiga deret ruko, masing-masing milik Rizal, Juni, dan David. Jika cover-nya kita buka, akan terlihat tanah kosong yang mereka sebut sebagai surga. Paduan warnanya juga sangat menarik. Salut untuk tim PlotPoint untuk cover yang cantik ini.

Namun, ada sedikit hal yang mengganjal ketika saya membaca novel ini. Di awal cerita, dikisahkan nilai Matematika Rizal kurang memuaskan, oleh karenanya ia disarankan untu membantu grup dance Chyntia mencari dana. Kalau kekurangan dana tersebut bisa tercukupi, nilai Matematika Rizal akan bertambah. Ini jadi pertanyaan bagi saya. Kalau memang masalahnya adalah nilai, kenapa penyelesaiaannya dengan membantu aksi penggalangan dana? Kenapa gurunya tidak menyarankan untuk remedial saja? Memang disebutkan bahwa Rizal sangat populer sehingga ia bisa sangat membantu penggalangan dana agar sukses. Tapi tetap saja poin itu cukup mengganjal bagi saya.

Meski begitu, keseluruhan cerita Pintu Harmonika ini sangat menarik. Apalagi di akhir saya mendapatkan ending yang tak terduga. Banyak nilai yang bisa didapat dari novel ini. Bahwa pencitraan bukanlah jalan yang tepat untuk membuat orang-orang menyukai kita. Bahwa kita tidak boleh egois, harus belajar melihat suatu masalah sari banyak sudut pandang. Bagaimana para tokoh membangun hubungan dengan orang tuanya juga menjadi nilai tersendiri yang dapat diambil dari novel ini. 3 (+1 bintang untuk cover) saya berikan untuk novel ini :)

Posting untuk:


Buku ini saya rekomendasikan dibaca anak-anak mulai usia 14 tahun. Banyak pesan moral yang bisa didapat anak-anak (maupun remaja) dari novel ini.

Tuesday, May 7, 2013

[Review] Harry Potter and The Goblet of Fire

Judul: Harry Potter dan Piala Api
Judul asli: Harry Potter and The Goblet of Fire
Penulis: JK Rowling
Penerjemah: Listiana Srisanti
Penerbit: Gramedia Pustaka Utama

Harry Potter sudah memasuki tahun keempatnya di Hogwarts. Sebelum memulai tahun baru di sekolah, ia berkesempatan menonton Piala Dunia Quidditch bersama keluarga Weasley. Harry sangat bersemangat menonton pertandingan ini, karena ia juga seorang pemain Quidditch. Namun, kemeriahan Piala Dunia Quidditch tersebut tiba-tiba runyam karena munculnya Tanda Kegelapan di angkasa. Hanya para pelahap maut - pengikut Voldemort- yang bisa memunculkan tanda itu. Semua orang, penyihir maupun muggle, panik luar biasa dalam insiden tersebut.

Kejutan untuk Harry dan teman-temannya tak hanya berhenti di situ saja. Sesampainya di Hogwarts, Dumbledore mengumumkan bahwa tahun ini Turnamen Triwizard akan diselenggrakan di Hogwarts. Tiga sekolah sihir - Hogwarts, Beauxbatons, dan Durmstrang - akan bertanding memperebutkan Piala Api. Karena turnamen ini sangat berbahaya, hanya siswa yang telah berusia 17 tahun ke atas yang boleh mendaftar. Hanya ada satu perwakilan dari tiap sekolah yang akan mengikuti Turnamen Triwizard. Siapapun yang telah mendaftar dan akhirnya terpilih, otomatis akan terikat kontrak sihir, dan tidak boleh mengundurkan diri.

Semua siswa penasaran dan sangat menantikan hari pengumuman perwakilan Turnamen Triwizard. Siswa-siswa dari Beauxbatons dan Durmstrang pun telah tiba, semakin meramaikan suasana Hogwarts. Hari penentuan pun tiba. Terpilih tiga juara yang akan mengikuti rangkaian pertandingan dalam Turnamen Triwizard: Cedric Diggory dari Hogwarts, Fleur Delacour dari Beauxbatons, dan Viktor Krum dari Durmstrang. Namun, lagi-lagi sebuah kejutan telah menanti. Satu nama keluar lagi sebagai perwakilan Hogwarts dalam turnamen ini: Harry Potter. Padahal, Harry belum berusia 17 tahun, dan ia tidak memasukkan namanya untuk mengikuti turnamen. Namun, ia tak boleh mundur karena telah terikat kontrak sihir.

Maka dimulailah Turnamen Triwizard yang menegangkan. Ada tiga tugas yang harus dijalankan masing-masing peserta. Harry sebagai peserta termuda harus menghadapi tekanan dari banyak pihak: pendukung Cedric Diggory, dan bahkan temannya sendiri. Satu demi satu rangkaian tugas ia jalani. Harry tak menyangka pada akhirnya ia akan berhadapan dengan Voldemort, dan mengalami serangkaian kejadian yang tak pernah ia bayangkan sebelumnya.

***
Petualangan Harry di buku keempat ini semakin mendebarkan. Ia mengalami banyak kejadian yang lebih berbahaya dari sebelumnya. Harry bertemu banyak orang baru: murid-murid dari Durmstrang dan Beauxbatons, juga Mad-Eye Moody. Oh ya, Harry juga harus berurusan dengan Rita Skeeter, seorang wartawan yang selalu membesar-besarkan berita. Sesaat Harry juga mengalami hal yang sangat tidak menyenangkan, dijauhi oleh teman-teman di luar asramanya.

Buku keempat ini juga sangat berbeda dari buku sebelumnya. Bisa dikatakan, buku keempat menjadi penanda tumbuhnya Harry menjadi seorang remaja. Ia mulai naksir cewek, mulai merasakan grogi kalau melihat cewek yang disukainya. Sebuah pesta dansa sekolah juga menjadi hal yang baru bagi Hogwarts, menyenangkan. 

Semua hal-hal baru tersebut dirangkum dengan luar biasa oleh JK Rowling. Seperti biasa, JK Rowling telah berhasil 'menyihir' saya dengan imajinasinya. Sulit untuk meletakkan novel ini sebelum menyelesaikannya. Mari melanjutkan petualangan di tahun kelima, segera!

Posting untuk:

 

Monday, May 6, 2013

[Reading Challenge] Read Big!


Sudah lama saya bolak-balik buka master post reading challenge ini. Dan hari ini saya luluh juga, haha... Dengan ini saya ikut mendaftarkan diri jadi (calon) ksatria penakluk buku bantal! :p Apa itu Read Big Reading Challenge? Mungkin sudah banyak yang tahu ya.. Tapi untuk tambahan info saya copy master post dari host challenge ini: Mbak Dessy @ Ngidam Buku


Syarat buku yang dibaca:

  • Jumlah halaman di atas 500.
  • Supaya kesan seksi dan sensasi tebalnya terasa (>_<), tidak boleh berupa ebook atau audio book, kecuali jika ada alasan khusus (hubungi saya kalau kamu merasa sangat perlu pengecualian).
  • Manga, graphic novel, buku dengan banyak ilustrasi (contoh: Hugo Cabret), tidak diperbolehkan.


Syarat ikutan:

  • Mendaftar di linky di bawah posting ini. (cek master post)
  • Tidak ada batas waktu untuk mendaftar, boleh mendaftar kapan saja selama masih dalam periode challenge.
  • Memasang button Read Big pada blog.
  • Boleh menentukan kelas/level di awal.
  • Membuat review untuk buku yang dibaca.
  • Review bisa dimuat di blog, Goodreads atau Notes Facebook, dan masukkan link-nya ke linky yang  ada di bawah. Jika membuat review sebuah buku di lebih dari satu media, masukkan salah satu saja.
  • Buku dibaca dan direview pada periode 1 Februari 2013 - 31 Januari 2014.
  • Buku boleh re-read, tapi review harus baru (bukan repost), dan diposting pada periode challenge.
  • Boleh overlapping dengan reading challenge lain.
  • Membuat wrap up post di akhir periode, yang berisi: a) Kelas apa yang berhasil dicapai, dan b) Daftar buku apa saja yang dibaca beserta link review-nya.
  • Wrap post ditunggu hingga 20 Februari 2014, linky akan tersedia pada 31 Januari 2014.


Kelas yang dipertandingkan:

  • Featherweight / Kelas Bulu: membaca 1 - 4 buku
  • Middleweight / Kelas Menengah: membaca 5 - 8 buku
  • Heavyweight / Kelas Berat: membaca > 8 buku

Selain kelas-kelas utama tersebut, ada pula Kelas Khusus:
  • Incredible Bulk: membaca minimal 1 (satu) buku dengan jumlah halaman >1000
Cukup jelas kan?
Wuih, Read Big sangat menantang! Saya mau daftar buat kelas Berat? Heavyweight! #pede haha... Syaratnya membaca minimal delapan buku, daftar dari saya:
  1.  Harry Potter and The Prisoner of Azkaban - JK Rowling (Indonesia-544 hlm) READ > REVIEW
  2. Harry Potter and The Goblet of Fire - JK Rowling (Indonesia-896 hlm) READ
  3. Harry Potter and The Half-Blood Prince - JK Rowling (Indonesia-816 hlm)
  4. Inkheart - Cornelia Funke (Indonesia - 536 hlm) READ > REVIEW
  5. Inkspell - Cornelia Funke (Indonesia - 680 hlm)
  6. Inkdeath - Cornelia Funke (Indonesia - 728 hlm)
  7. .... (menyusul)
  8. .....(menyusul)
Saya juga mau ikut Kelas Khusus Incredible Bulk dengan membaca buku-buku ini:
  1. Harry Potter and The Order of Phoenix - JK Rowling (Indonesia - 1200 hlm)
  2. Harry Potter and The Deathly Hallows - JK Rowling (Indonesia - 1008 hlm)
Siapkan diri untuk tantangan ini!! List bukunya bisa sewaktu-waktu berubah yaa...
Yang mau ikutan juga silakan tengok blog Mbak Dessy ya... :D

Sunday, May 5, 2013

Rapid Fire Question

[source]
Dari kemarin blog para BBIers banyak yang rame dengan postingan berjudul "Rapid Fire Question". Ada apa sih sebenernya? Topik ini berawal dari postingan Mbak Putri Utama di blog-nya. Intinya permainan PR berantai gitu lah... Orang yang menjadi target harus menjawab 10 pertanyaan wajib dan 5 pertanyaan tambahan dari si pemberi PR. Dari permainan Rapid Fire Question ini saya dapat PR dari Mbak Desty. Sebenernya udah dari kemarin dikasihnya, tapi maaf saya telat jawabnya :p Langsung saja jawaban dari saya adalaahh...

Pertanyaan wajib:


1. Nambah atau ngurangin timbunan?
Tambah dong, buku saya belum banyak-banyak banget kok :p

2. Pinjam atau beli buku?
Tergantung buku apa. Kalau memang pengen koleksi ya beli..

3. Baca buku atau nonton film?
baca buku..

4. Beli buku online atau offline? (tobuk yg temboknya bisa disentuh)
Offline. Suka jalan-jalan random di toko buku, apalagi yang diskon. Hehe...

5. (penting) buku bajakan atau ori?
Original. Pernah beli buku bajakan karena gak tahu, bukunya masih segel. Akhirnya beli buku dengan judul sama tapi cari yang ori.

6. Gratisan atau diskonan?
Kalau ada yang mau ngasih gratis boleh banget :p Tapi diskonan juga oke, haha...

7. Beli pre-order atau menanti dgn sabar?
Saya sabar menanti kok, sejauh ini belum pernah pre-order

8. Buku asing (terjemahan) atau lokal?
Dua-duanya gak masalah buat saya, bingung milihnya..hehe...

9. Pembatas buku penting atau biasa aja?
Penting dong... Poin plus buat penerbit yang suka kasih pembatas buku yang lucu

10. Bookmark atau bungkus chiki?
Eh, hubungannya?? Pilih bookmark dong...

Dan, pertanyaan tambahan dari Mbak Desty: 

11. Habis beli buku, langsung baca atau timbun dulu?
Dulu bisa langsung baca, tapi semua berubah sejak bergabung dengan BBI :p (tergoda buat nambah terus... haha..)

12. Romance atau mystery?
Romance. Jarang-jarang baca mystery..

13. Novel fantasy lokal atau terjemahan?
Terjemahan. Belum familiar dengan fantasi lokal, ada rekomendasi? :D

14. Beli baju baru atau preorder buku baru?
Baju baru dulu ya.. Saya sabar menanti bukunya ada di toko, hehe...

15. Katniss (HG) or Tally (Uglies)?
Belum baca dua-duanyaaa... Huhu T_T

Update: 
Ternyata saya dapet PR juga dari Ziy. Langsung saja, ini jawaban saya:


16. Baca buku sambil tiduran atau duduk manis?
Duduk manis terus lama-lama berubah sambil tiduran. Haha... Tapi lebih sering duduk kok.

17. Baca buku ditemenin cappucinno atau green tea latte? 
Sebenernya jarang banget baca buku sambil ngemil atau minum, tapi saya pilih green tea latte :D

18. Langsung buka sampul plastik buku baru atau nanti pas buku barunya mau dibaca?
Langsung buka. Suka ngintip-ngintip dikit, hehe...

19. Review semua buku yang dibaca atau review buku yang pengen direview aja?
Review semua buku :)

20. Harry Potter atau Ron Weasley? 
Umm, bingung... haha... Oke saya pilih Ron Weasley, suka The Burrow yang rame! :D

Selesai juga ngerjain PR dari Mbak Desty dan Ziy. Karena ini adalah PR berantai, pertanyaan-pertanyaan di atas akan saya teruskan ke lima anggota BBI lainnya, yaitu:

- Rahib Hernadi Tanzil
- Mbak Truly
- Mbak Yuska
- Linda
- Ratri Anugrah

Peraturannya, kelima blogger ini harus menjawab 10 pertanyaan wajib yang sudah saya tulis (dan jawab) di atas. Juga menjawab lima pertanyaan tambahan dari saya:
11. Mengoleksi buku cetakan pertama, penting atau nggak?
12. Komik atau cerita bergambar?
13. Pinjam di rental buku atau perpustakaan?
14. Cover asli atau cover versi film?
15. Hogwarts (Harry Potter) atau Hobbiton (The Hobbit)?

Selamat menjawab teman-teman.. Maaf ya kalau ada yang dapat PR dobel karena udah diseret BBIers yang lain, hihi... Nanti saya cek ya PR-nya.. :p

Thursday, May 2, 2013

[Review] Her Sunny Side


Judul: Her Sunny Side
Judul asli: Hidamari no Kanojo
Penulis: Koshigaya Osamu
Penerjemah: Faira Ammadea
Penyunting: NyiBlo
Cover&Layout: Dedy Andrianto
Penerbit: Haru
Tebal: 224 hlm
Cetakan: Pertama, Maret 2013

Sinopsis:

“Apakah kau sendiri juga menganggap bertemu denganku adalah takdir?”

Setelah sepuluh tahun, aku bertemu kembali dengan teman masa kecilku.

Berbeda dengan dirinya dulu yang dijuluki ‘Anak Paling Bodoh Di Sekolah’ dan sering ditindas, kini ia bertransformasi menjadi seorang gadis jelita yang serba bisa, sekaligus sukses dalam pekerjaan.

Tetapi, ternyata gadis itu menyimpan sebuah rahasia masa lalu yang tak pernah kubayangkan sebelumnya. Perlahan tapi pasti, sedikit demi sedikit rahasia itu terbongkar.

Apakah aku bisa menerima rahasia itu apa adanya?
Apakah kisah cinta kami bisa berakhir bahagia?

Selalu ada kegetiran yang mengiringi sebuah kebahagiaan saat kita menyukai seseorang. Novel ini menggabungkan keduanya dengan manis.


Okuda Kosuke dan Watarai Mao, sepasang sahabat semasa SMP yang bertemu kembali dalam satu proyek pekerjaan. Pertemuan pertama setelah 10 tahun ini mau tak mau membuat Kosuke mengingat kembali masa lalunya. Masa-masa ketika ia membantu Mao memahami pelajaran. Masa-masa ketika Mao menjadi anak yang ditindas teman-teman sekelas. Masa-masa ketika Mao dijuluki sebagai "Anak Paling Bodoh di Sekolah". Namun, kenangan masa lalu itu tak terlihat lagi di diri Mao yang sekarang. Mao yang dulu sangat sulit memahami angka-angka yang rumit justru menyelamatkan Kosuke dalam presentasi di depan klien. Mao kini terlihat sebagai gadis yang cantik, tegar, juga pintar.


Pertemuan dalam proyek tersebut membuat Kosuke dan Mao semakin dekat. Mereka sering menghabiskan waktu bersama. Tak butuh waktu lama bagi mereka berdua untuk menyatakan perasaan masing-masing. Perasaan cinta yang sudah dipendam lama oleh keduanya. Kosuke dan Mao segera merencanakan pernikahan mereka. Namun, ternyata orang tua angkat Mao tidak merestui pernikahan tersebut. Alasannya, Mao pernah mengalami amnesia semasa kecilnya. Orang tua Mao khawatir hal tersebut akan menyusahkan Kosuke pada akhirnya. Kosuke dan Mao yang sama-sama tidak menerima alasan tersebut akhirnya memutuskan untuk kawin lari.

Kehidupan mereka setelah kawin lari berlangsung bahagia meski sederhana. Hubungan mereka berdua dengan orang tua Mao juga baik-baik saja. Keduanya harus beradaptasi dengan kehidupan baru, saling memahami satu sama lain. Menghiasi rumah dengan ikan mas, bermain-main dengan anak tetangga. Semuanya berlangsung indah, hingga akhirnya beberapa kejanggalan mulai terungkap dalam rumah tangga tersebut.


***


Cover versi Jepang [semua gambar dari Goodreads]
Her Sunny Side adalah cerita romantis yang sederhana, tapi tetap manis. Di mana kedua tokoh utama tidak perlu banyak berkata-kata untuk mengungkapkan perasaan sayang mereka. Her Sunny Side mengambil sudut pandang orang pertama, yaitu dari Kosuke. Pemilihan sudut pandang juga menjadi sisi unik dari novel ini, karena kebanyakan novel romance mengambil sudut pandang dari sisi wanita. Penggambaran masa lalu Kosuke dan Mao sebagai sahabat lama juga diceritakan dengan baik. Kita akan menemui beberapa adegan flasback untuk lebih mengenal Kosuke dan Mao di masa SMP.

Poin plus ketika membaca novel-novel terjemahan adalah tambahan informasi tentang budaya di luar negeri. Begitu pula dengan Her Sunny Side ini. Ada banyak istilah yang merupakan budaya Bahasa Jepang. Catatan kaki yang disertakan akan membantu kita memahami budaya-budaya tersebut. Meski diceritakan sekilas, tentu sedikit banyak membuat kita semakin paham akan budaya Jepang.

Dari segi visualisasi, cover versi terjemahan ini terlihat sederhana, tapi tetap menarik. Warna-warnanya lembut, seperti rumah tangga Kosuke dan Mao yang romantis juga ceria. Bagi saya, Her Sunny Side cocok untuk dikategorikan sebagai bacaan ringan di waktu luang. Di tengah-tengah, saya sempat merasa alurnya terlalu lambat. Ada beberapa adegan yang kurang penting tapi ditonjolkan. Untuk terjemahan, sempat saya merasa bahasanya kurang luwes di beberapa bagian. Namun, makin mendekati akhir, cerita Her Sunny Side semakin seru. Apalagi novel ini ditutup dengan ending yang di luar dugaan. Saya sendiri tak menyangka akhirnya akan seperti ini. Penasaran? Silakan baca sendiri :) 3/5 bintang untuk Her Sunny Side.