Judul asli: Tintenherz
Penulis: Cornelia Funke
Alih bahasa: Dinyah Latuconsina
Editor: Dini Pandia
Sampul: Marcel A.W.
Tebal: 536 hlm
Penerbit: Gramedia Pustaka Utama
Cetakan: Keempat, September 2009
Ingin bertemu tokoh-tokoh impian yang kau kenal lewat buku? Cobalah berkenalan dengan Mortimer, atau Meggie. Minta mereka membaca buku favoritmu, dan bersiaplah bertemu dengan tokoh-tokoh impian yang selama ini hanya bisa kau baca. Tapi, jangan heran kalau agak susah membujuk Mortimer maupun Meggie. Pengalaman mereka membaca buku tidak selalu menjadi pengalaman yang menyenangkan. Ini kisah mereka.
Di suatu malam, ketika Meggie masih berumur tiga tahun, Mortimer -atau Mo- membacakan sebuah buku untuk istrinya -Ibu Meggie-. Semuanya baik-baik saja hingga beberapa wajah tak dikenal tiba-tiba muncul di rumah Mo. Orang-orang yang mengaku bernama Capricorn, Basta, juga Staubfinger. Nama-nama yang tidak asing, tapi terasa tidak mungkin. Mereka adalah tokoh-tokoh yang berada di dalam buku, dan tiba-tiba muncul begitu saja di depan Mo. Capricorn, seorang penjahat yang tidak mengenal belas kasihan. Basta, pengikut Capricorn yang setia. Mereka berdua pergi dan tak mau kembali dalam cerita di buku. Sebaliknya, Staubfinger, pemain akrobat api memohon-mohon kepada Mo untuk mengembalikannya ke dalam buku. Sekeras apapun Mo mencoba, ia tidak bisa melakukannya. Yang lebih parah lagi, ibu Meggie, tiba-tiba ikut menghilang. Ia justru terseret masuk ke dalam buku itu, Tintenherz. Rupanya, Mo memiliki kemampua yang tak biasa, yang membuatnya dijuluki "Lidah Ajaib". Ia bisa mengeluarkan tokoh dan benda-benda dari buku yang dibacanya.
Sembilan tahun kemudian, Staubfinger kembali ke rumah Mo. Meggie yang kini berusia 12 tahun -dan tidak mengetahui kenyataan tentang ibunya- bertanya-tanya siapa sosok yang tiba-tiba muncul di depan rumahnya. Percakapan rahasia antara Mo dan Staubfinger membawa mereka pergi ke rumah bibi Meggie, Elinor. Elinor adalah seorang wanita yang begitu mencintai buku. Rumahnya ia penuhi dengan buku-buku. Untuk sementara, mereka bertiga akan tinggal di situ. Memperbaiki buku-buku Elinor yang rusak, begitu alasan Mo. Namun, ketika Staubfinger mempertontonkan atraksi api di depan Meggie, kekacauan terjadi. Sekelompok orang menyerang rumah Elinor, dan Mo dibawa pergi bersama mereka.
Setelah membujuk Staubfinger sebagai penunjuk jalan, akhirnya Elinor dan Meggie berhasil menemukan Mo. Rupanya Mo berada di markas Capricorn. Meggie tidak tahu siapa Capricorn, tapi ia yakin bahwa ini bukan keadaan yang baik. Betapa kagetnya Meggie karena ternyata Staubfinger-lah yang mengadukan keberadaan Mo kepada Capricorn. Rupanya Staubfiger berkhianat karena ia ingin kembali ke Tintenherz. Capricorn berjanji akan mewujudkan keinginannya kalau Staubfinger berhasi membawa Mo. Keadaan bertambah kacau karena Capricorn mengingkari janjinya. Mo dipaksa mengeluarkan harta karun, da tidak sengaja mengeluarkan Farid dari Kisah 1001 Malam. Mo, Elinor, dan Meggie pun ditahan. Sedangkan Staubfinger ditahan di tempat terpisah.
Berkat bantuan Staubfinger, Mo, Elinor, dan Meggie bisa melarikan diri dengan mengajak Farid untuk ikut serta.Untuk mengatasi keadaan yang semakin kacau, Elinor menyarankan Mo untuk menemui Fenoglio, si penulis Tintenherz. Rencana segera terbentuk di kepala Mo. Namun, banyak kendala yang harus dihadapi mereka semua. Terutama ketika suatu rahasia besar terkuak, Meggie ternyata juga memiliki kemampuan seperti Mo.
***
"Inkheart" merupakan kisah petualangan yang begitu menarik. Merangkum banyak kisah dalam satu judul buku. Jika selama ini kita bertualang bersama buku dengan membayangkan tokoh-tokoh di dalamnya, Inkheart mengajak kita secara tidak langsung bertemu dengan tokoh-tokoh itu. Karakter yang ditampilkan oleh Inkheart juga kuat. Mo, Elinor, dan Meggie adalah karakter yang begitu mencintai buku. Ke manapun mereka pergi selalu ada buku yang menyertai. Apalagi Elinor, yang menganggap buku-buku seperti anaknya sendiri.Selain berpetualang bersama Mo, Meggie, Elinor, dan tokoh-tokoh lain, "Inkheart" juga mengajak kita berkenalan (atau bernostalgia) dengan buku-buku lain.Kenapa? Karena dalam setiap awal bab dalam buku ini disertakan kutipan dari banyak judul buku. Satu lagi poin plus dari buku ini. Membuat kita semakin merasakan bahwa "Inkheart" adalah buku tentang buku.
Menurut saya, kekurangan dalam buku ini adalah alurnya yang terasa lambat. Untuk mencapai klimaks, banyak sekali kejadian yang harus dialami para tokoh. Namun, alur yang lambat ini toh tidak membuat saya meletakkan buku ini dan menggantinya dengan buku lain.Saya tetap penasaran dan segera ingin mengetahui bagaimana akhir kisah tokoh-tokoh dalam Inkheart ini. "Inkheart" adalah buku pertama dari trilogi Inkworld Setelah membaca buku pertamanya, semakin tertarik untuk menyelesaikannya hingga buku ketiga. 3/5 bintang!
Posting untuk:
Posting bareng Blogger Buku Indonesia dengan tema buku tentang buku.
Juga untuk: