Thursday, February 28, 2013

[Review] Bukan Pasarmalam

Judul: Bukan Pasarmalam
Penulis: Pramoedya Ananta Toer
Penerbit: Lentera Dipantara
Tebal: 104 hlm
Cetakan ke: 9, Oktober 2010

Seorang anak laki-laki tertua yang sudah begitu lama merantau akhirnya tergerak untuk kembali pulang mendengar kabar bahwa sang ayah sedang sakit. Bersama istrinya, ia menyusuri jalan-jalan yang mengingatkan ia pada kehidupan masa kecilnya. Sesampainya di rumah, ia mendapati kondisi sang ayah sudah begitu buruk. Sudah berhari-hari sang ayah berada di rumah sakit, dan sangat sulit untuk membujuknya makan.

Berada di kampung halaman lagi setelah sekian lama memunculkan emosi yang beragam bagi tokoh utama. Ia bernostalgia dengan masa kecilnya, menikmati kerinduannya pada rumah, tapi juga dikejar-kejar perasaan cemas memikirkan sang ayah. Ditambah lagi, ia juga memikirkan pekerjaan di kota yang telah ditinggalkannya selama pulang ke rumah.

Kehidupan ayah tak berangsur membaik setelah berhari-hari. Terkadang ayah tiba-tiba ingin makan sesuatu tapi pada akhirnya hanya satu atau dua suap saja yang masuk ke mulutnya. Apalagi ayah justru selalu minta minum es yang sesungguhnya sangat bertentangan dengan ketentuan dari dokter. Namun, apa daya sebagai anak pada akhirnya berusaha untuk mengabulkan keinginan tersebut.

Novel tipis yang penuh emosi ini adalah persentuhan pertama saya dengan karya Pramoedya Ananta Toer. Saya sangat menikmati membaca karya sastrawan besar Indonesia ini. Konflik yang begitu nyata, dengan penuturan yang penuh emosi membuat pengalaman pertama membaca karya Pram begitu menyenangkan. Kedekatan ayah dan anak-anak yang menjadi garis besar dalam novel ini juga digambarkan dengan begitu bagus.

Terkadang saya juga dikejutkan dengan pemilihan kata-kata yang digunakan Pram dalam karyanya ini. Meski sangat jauh dengan gaya penuturan kisah saat ini, toh saya tetap dapat menikmatinya. Pemaknaan Pram terhadap rumah sakit menjadi favorit saya sepanjang buku ini.
Dan dengan langkah berat pergilah aku meninggalkan rumah sakit itu- rumah tempat orang yang tak bebas mempergunakan tubuh dan hidupnya sendiri.
(Hal 48) 
Sebenarnya, sudah begitu lama saya ingin membaca karya Pram. Tapi keinginan itu selalu tertunda, dan tergoda buku lain :p Akhirnya, bulan ini saya bisa menuntaskan perkenalan dengan karya Pram. Terima kasih untuk BBI dan event baca barengnya yang keren. Untuk karya pertama Pram yang saya baca ini, saya berikan 4/5 bintang!



No comments:

Post a Comment