Judul : A Cat In
My Eyes: Karena Bertanya Tak Membuatmu Berdosa
Penulis : Fahd Djibran
Penerbit : Gagas Media
Tebal : 162 halaman
Cetakan: Pertama, 2008
Membaca judulnya sepintas, dimana kucing dijadikan salah
satu tokoh utama, cukup menimbulkan rasa penasaran mengenai isi bukunya. Ada
apa dengan seekor kucing? Atau mata kucing? Pertanyaan-pertanyaan itu sedikit
demi sedikit akan terjawab ketika membaca lembaran-lembaran dalam buku ini.
Tentu saja buku ini tidak melulu berbicara tentang kucing. Mata kucing dalam
buku ini diibaratkan sebagai makhluk yang selalu bertanya-tanya, yang tidak
akan kehabisan bahan untuk dipertanyakan.
Dibalut dalam 27 kisah yang dengan sederhana sekaligus
mendalam berbicara tentang Tuhan, hidup, dan cinta. Sederhana karena masalah
yang diangkat dalam buku ini cukup akrab dengan kehidupan kita sehari-hari.
Mendalam karena ternyata dari kisah sederhana tersebut tersimpan makna yang
mungkin tidak terpikirkan sebelumnya. Lihat saja dalam salah satu kisah yang
berjudul ”Tubuh”, yang juga menjadi kisah pembuka dalam buku ini. Kisah ini
berusaha mencari definisi atau arti yang tepat tentang satu kata, yaitu cantik.
Kata yang tentu tidak asing bagi kita. Namun buku ini mampu mengungkapkan
betapa sulitnya usaha sang tokoh utama untuk menemukan definisi yang paling
tepat tentang satu kata itu, padahal sesungguhnya apa yang mereka cari juga
tidak jauh dari kehidupan mereka.
Lihat pula kisah yang berjudul ”A Cat In Your Eyes”. Kisah
ini menceritakan dua perlakuan berbeda terhadap seekor kucing dan seorang
manusia yang tertabrak mati oleh sebuah mobil. Menabrak kucing yang masih
dipercaya sebagai pertanda buruk membuat bangkainya diperlakukan lebih
manusiawi daripada seorang manusia yang tertabrak mobil yang sama. Kisah ini
bisa dijadikan cerminan bagi masyarakat Indonesia yang masih cukup percaya
dengan berbagai mitos sehingga bisa mengesampingkan perasaanya sebagai seorang
manusia.
Di samping dua judul di atas, masih ada 25 judul lain yang
patut Anda selami, di antaranya adalah ”Matamu yang Sepi”, ”Kepada R”, ”Ke
Manakah Kau Siang Tadi, Tuhan?”, dan ”5 untuk Bunda”. Membaca kisah-kisah dalam
buku ini akan membuat Anda menemukan makna dan sudut pandang yang lain atas
kejadian yang sebenarnya tidak asing. Kejadian dan perasaan yang sangat
manusiawi, misalnya merindukan kekasih, akan diceritakan sangat apik dalam buku
ini.
Fahd Djibran telah berhasil membuat buku ini menjadi sebuah
paket lengkap berisi hubungan manusia dengan Tuhan, dirinya sendiri, lingkungan
sosialnya, bahkan dengan hal-hal abstrak semisal waktu. Kisah hidup sehari-hari
yang sebelumnya tidak pernah dipikirkan secara mendalam berhasil dikemasnya
dalam bahasa yang cerdas sehingga bisa dilihat segi kompleksitasnya. Hal ini
diamini pula oleh Dewi ’Dee’ Lestari, penyanyi sekaligus novelis, yang turut
memberikan komentarnya akan buku ini.
Buku ini bisa pula dijadikan renungan mengenai hal-hal yang
semakin marak terjadi belakangan ini, misalnya mengenai kriminalitas yang
semakin menjadi-jadi. Kisah cinta masa kecil pun turut pula disertakan oleh
Fahd Djibran, menggambarkan betapa polosnya seorang anak kecil yang baru
menyadari bahwa ada sesuatu yang disebut ”menyukai seseorang”. Secara garis
besar, buku ini benar-benar berbicara mengenai realitas yang cenderung disimpan
rapat-rapat dan kita sendiri pun merasa berat untuk mengakuinya.
Pertama kali melihat sampul bukunya, lucu dan unik, dua
kesan itulah yang hinggap di kepala saya. Pemandangan jalan raya yang sepi dan
seekor kucing di bagian tengahnya, dengan latar langit biru yang cerah membuat
saya menerka-nerka isi di dalamnya. Rasa penasaran itu bertambah ketika
mengetahui bahwa buku dengan sampul yang lucu ini dilabeli dengan kategori
sastra.
Label sastra dalam buku ini memang tidak main-main.
Terkadang untuk memahami satu kalimat atau satu judul, tak cukup hanya dengan
membacanya satu kali saja. Namun, bukan berarti pula buku ini hanya cocok
dinikmati para penggila sastra dan pembaca setia buku sastra. Usaha yang perlu
dilakukan pembaca untuk mencari makna apa yang sebenarnya ingin diungkapkan
Fahd Djibran membuat buku ini pantas dibaca siapa saja yang selalu ingin
mencoba hal baru. Bahasa yang terkadang lugas, terkadang pula rumit membuat
kita semakin bertanya-tanya dan ingin segera menuntaskan rasa ingin tahu kita.
Namun, ada kelebihan tentu ada pula kekurangan. Ada yang
mengganjal bagi saya ketika membaca buku ini. Rasa ingin tahu yang
terus-menerus ditimbulkan oleh buku ini memang bagus. Akan tetapi, hal itu bisa
menjadi suatu kebingungan karena terasa buku ini kurang memiliki alur dalam
ceritanya. Sebagai contoh ada beberapa kisah yang bercerita tentang bunda
tetapi kedua kisah tersebut harus terpisah cukup jauh dengan diselingi
kisah-kisah lain di antara keduanya. Penempatan seperti ini bisa membuat
pembaca kesulitan dalam mengatur alur pikiran.
Terlepas dari kelebihan maupun kekurangan dalam buku ini, ”A
Cat In My Eyes: Karena Bertanya Tak Membuatmu Berdosa” tetap bisa menjadi
pilihan bagi Anda yang gemar bertanya. Gemar mencari dan mengetahui lebih dalam
lagi mengenai Tuhan, hidup, dan cinta. Jadi, jika Anda menyimpan banyak
pertanyaan yang tak jauh-jauh dari kehidupan kita, buku ini bisa menjadi salah
satu referensi Anda untuk menemukan jawaban atau justru membuat pertanyaan Anda
semakin berkembang. Teruslah bertanya, karena bertanya tak membuatmu berdosa
bukan?
jadi penasaran pengen beli... ehh, ada yang mau kasih pinjam gak? hahhaa
ReplyDeleteModal gratisan :)