Monday, March 25, 2013

[Review] Hex Hall

Judul: Hex Hall
Penulis: Rachel Hawkins
Penerbit: Ufuk Fiction
Tebal: 420 hlm
Cetakan: I, Oktober 2011

Pada awalnya, Sophie Mercer hanyalah remaja biasa yang tinggal bersama ibunya. Hal yang paling luar biasa dari dirinya adalah 'rutinitas' berpindah tempat tinggal bersama sang ibu. Ketika ulang tahunnya yang kedua belas, Sophie baru mengetahui bahwa dirinya adalah seorang penyihir. Kemampuan ini didapatnya dari sang ayah, seorang warlock (penyihir pria). Rupanya, pada mulanya sang ayah menyembunyikan identitas dirinya dari ibu Sophie. Kenyataan bahwa sang ayah adalah seorang warlock baru diketahui ibu Sophie ketika ia mengandung Sophie. Identitas sang ayah yang terungkap langsung membuat ibu Sophie memutuskan untuk berpisah.

Begitulah awal kehidupan Sophie, tinggal berdua saja dengan ibunya, belum pernah bertemu ayahnya,  dan selalu berpindah tempat tinggal. Setelah mengetahui bahwa dirinya penyihir, Sophie harus berhati-hati agar kemampuannya ini tak diketahui orang lain. Namun, saat berusia 15 tahun, ia membuat kekacauan di pesta dansa sekolah. Niat membantu Felicia, temannya, untuk mendapatkan pasangan dengan merapalkan mantra cinta justru membuat identitasnya diketahui seluruh warga sekolah.  Akibatnya, Sophie harus dikirim ke Hecate Hall, sebuah sekolah binaan bagi para Prodigium- penyihir, peri, vampir, warlock, dan shapeshifterSophie tak merasa senang, atau bangga, bisa bersekolah di Hex Hall, nama beken untuk Hecate. Pertama, karena Hex Hall tidak bisa dibilang sekolah yang keren. Sekolah ini adalah tempat binaan bagi para Prodigium yang bermasalah. Kedua, Sophie tak punya pengalaman apapun bergaul dengan kaum Prodigium lain. 

Di Hex Hall, Sophie sekamar dengan Jenna, satu-satunya vampir di sekolah. Di awal kedatangannya ke Hex Hall, ia diajak bergabung ke kelompok penyihir hitam di sekolah itu. Sebuah trio yang terdiri dari Elodie, Anna, dan Chaston. Kepopuleran dan kekuatan yang ditawarkan oleh trio itu tak cukup membuat Sophie menerima tawaran untuk bergabung. Maka, praktis satu-satunya teman yang ia miliki adalah Jenna, yang justru dijauhi oleh semua murid.

Cerita semakin berkembang, Sophie mendapati dirinya menyukai Archer, yang sayangnya adalah pacar Elodie. Di tengah-tengah rutinitasnya bersekolah, ia mengetahui fakta bahwa ayahnya seorang yang mempunyai kedudukan penting di Dewan. Ia juga tak bisa menyembunyikan kekhawatirannya ketika mengetahui bahwa dirinya adalah target Mata, kelompok pemusnah Prodigium. Anna dan Chaston yang ditemukan terluka parah semakin menambah ketegangan di Hex Hall, apalagi ketika Jenna menjadi satu-satunya orang yang dianggap melakukan penyerangan itu.

Sulit untuk tidak membandingkan novel ini dengan Harry Potter. Dua tokoh yang sama-sama tahu bahwa dirinya adalah penyihir ketika beranjak remaja. Dua tokoh yang tidak mempunyai bayangan sama sekali dengan dunia sihir. Juga, tentu saja, dua sekolah sihir yang menjadi latar belakang cerita ini. 

Namun, banyak juga hal yang membuat cerita Hex Hall menonjol karena ciri khasnya sendiri. Sophie yang dikirim ke sekolah binaan karena sebuah kasus cukup untuk menunjukkan keberanian penulis untuk membuat tokoh utama yang 'berbeda'. Hubungan Sophie dan Elodie yang berkembang di tengah cerita juga menjadi poin yang menarik. Ketika dua orang yang awalnya saling benci akhirnya harus saling mendukung karena keadaan. Saya cukup menikmati alur cerita ini, meski merasa banyak detail yang belum tersampaikan bahkan sampai akhir cerita.

Dari awal hingga akhir cerita, Prodigium yang mendapat banyak porsi adalah penyihir dan vampir. Padahal masih ada peri dan shapeshifter. Lalu saya juga menemukan hal yang janggal tentang Elodie. Di salah satu bab, Archer mengatakan bahwa ia mau menjadi pacar Elodie karena ia menemukan sesuatu yang lain darinya. Namun, sampai akhir cerita saya tidak menemukan sesuatu yang lain dan dalam tentang Elodie ini. Cal, tokoh yang saya kira akan mempunyai peran penting dalam cerita ternyata hanya ditampilkan sekilas. Padahal, penulis jelas mencoba menonjolkan tokoh ini pada awalnya. Detail-detal yang terlewat ini menimbulkan kesan penyelesaian masalah yang terlalu cepat.

Karena Hex Hall merupakan seri pertama dari trilogi, saya mengharapkan detail-detail yang (menurut saya) terlewat ini akan dijelaskan pada buku selanjutnya. Sejauh ini, saya tertarik untuk menuntaskan kisah Sophie Mercer hingga buku ketiga. Akhirnya, 3/5 bintang saya berikan untuk seri pertama ini!

Review untuk:

1 comment:

  1. Udah baca demon glass? lanjutannya :)
    Sayang sekali, aku nggak bikin review hex hall series di blog Soalnya novel2 luar menurutku susah di review:)

    ReplyDelete