Saturday, May 18, 2013

[Movie Adaptation] Inkheart

[source]
Judul: Inkheart
Sutradara: Iain Softley
Produser: Cornelia Funke, Ileen Maisel, Barry Mendel
Pemain: 
Brendan Fraser sebagai Mortimer Folchart
Eliza Bennet sebagai Meggie Folchart
Paul Bettany sebagai Dustfinger
Andy Serkis sebagai Capricorn
Jim Broadbent sebagai Fenoglio
Helen Mirren sebagai Elinor Loredan
Rafi Gavron sebagai Farid
Sienna Guillory sebagai Resa
Jamie Foreman sebagai Basta

Mo adalah seorang 'dokter buku', ia bekerja memperbaiki buku-buku yang rusak agar tampak rapi kembali. Pekerjaannya ini membuat Mo dan Meggie, putrinya, sering bepergian ke berbagai tempat. Ayah dan anak ini sama-sama pecinta buku. Meggie menyadari, ke manapun mereka bepergian, Mo selalu tampak serius meneliti rak demi rak buku yang mereka temui. Meggie berpikiran Mo sedang mencari satu judul buku yang khusus. Namun Mo tidak pernah mau memberitahu Meggie.

[source]
Di suatu kota, Mo akhirnya menemukan buku yang selama ini ia cari, Inkheart. Ia dan Meggie kemudian mengunjungi Elinor, bibi Meggie. Elinor juga seorang pecinta buku, bahkan bisa dikatakan terobsesi dengan buku. Siapapun tak boleh berada terlalu dekat dengan buku-bukunya. Karenanya, tak heran jika Elinor sangat terpukul ketika segerombolan laki-laki mendatangi rumahnya di suatu malam. Mereka membuang buku-buku Elinor dan membakarnya. Mo berusaha menghalangi orang-orang ini. Meggie sangat heran karena Dustfinger, seorang laki-laki yang pernah ia temui, menjadi salah satu orang yang ikut dalam gerombolan ini. Akhirnya, Meggie, Mo, dan Elinor dibawa ke sebuah kastil oleh gerombolan ini.

Di sana mereka bertemu Capricorn. Dan sebuah rahasia besar pun terkuak. Mo memiliki kemampuan mengeluarkan tokoh fiksi dari buku yang dibacanya. Capricorn, Basta (kaki tangan Capricorn), dan Dustfinger adalah orang-orang yang tanpa sengaja dikeluarkan oleh Mo dari kisah Inkheart. Saat itu, Resa, ibu Meggie tanpa sengaja justru tertarik masuk ke dalam kisah Inkheart. Dustfinger mencari Mo karena ia ingin kembali ke dunia Inkheart. Sebaliknya, Capricorn dan Basta tak mau kembali ke cerita fiksi, mereka ingin memanfaatkan kemampuan Mo untuk menambah kekayaan.

[source]
Petualangan pun dimulai. Mo dipaksa membaca kisah 1001 Malam. Ia berhasil mengeluarkan emas dari buku itu, dan tanpa sengaja mengeluarkan Farid. Rahasia lainnya mulai terungkap. Ternyata Resa telah kembali ke dunia nyata, dan berada di kastil yang sama. Sayangnya, Resa kehilangan suaranya. Mo juga belum mengetahui bahwa Resa berada di dekatnya. Mo, Meggie, Elinor, dan Dustfinger pun membuat rencana untuk melarikan diri. Berbekal kemampuan Mo sebagai "Lidah Ajaib", ia 'mengeluarkan' badai besar dari kisah The Wizard of Oz. Keadaan kacau. Inilah kesempatan mereka untuk melarikan diri, dengan Farid ikut serta bersama mereka. Rencana lain untuk menyerang Capricorn pun terbentuk. Mo dan Meggie mendatangi Fenoglio, penulis Inkheart. Pria tua inilah satu-satunya harapan mereka agar Capricorn berhenti mengacaukan dunia di mana ia tak seharusnya berada.

Inkheart adalah adaptasi film dari novel berjudul sama yang ditulis oleh Cornelia Funke. Ketika kita melihat film yang merupakan adaptasi dari sebuah novel, hampir bisa dipastikan kita akan membanding-bandingkan dua karya tersebut. Begitu pula yang saya alami ketika menonton film ini. Tak jarang akan ada komentar dari para penonton, "adegan ini harusnya begini" "settingnya beda dengan bukunya". Jadi, apakah cerita dalam film ini sama persis dengan bukunya? Jawabannya tidak.

Ada banyak perbedaan antara penggambaran kisah di buku dan film. Salah satu contoh saja. Di versi buku, adegan Mo dan rombongan melarikan diri diceritakan karena Dustfinger (yang dalam buku bernama Staubfinger) berhasil mencuri kunci ruang tahanan. Namun, dalam film ada tambahan adegan Mo 'mengeluarkan' badai dari kisah The Wizard of Oz untuk membuat keadaan menjadi kacau. Selanjutnya, adegan ketika Meggie mengetahui bahwa dirinya memiliki kemampuan yang sama sebagai "Lidah Ajaib" juga memiliki penggambaran yang berbeda. Jika ditanya lagi, apakah saya kecewa dengan banyaknya penggambaran yang berbeda ini? Kembali, jawabannya adalah tidak.

Film Inkheart membawa saya pada petualangan yang berbeda dari bukunya. Saya tak kehilangan imajinasi saya ketika membaca novel Inkheart. Namun, menonton filmnya juga menjadi kesenangan tersendiri. Dalam film, kita disuguhi dengan kemunculan berbagai hewan-hewan fantasi, di mana hal tersebut tak disebutkan dalam novel. Saya juga tambah senang ketika mengetahui kisah favorit saya, "The Wizard of Oz", ikut menjadi bagian yang penting dalam beberapa adegan. Padahal, dalam versi buku, adegan tersebut tidak ada. Beberapa adegan yang dihilangkan dari buku untuk kepentingan durasi juga tidak mengganggu pemahaman penonton.

Jadi akhirnya, saya berhasil menikmati novel dan film dengan judul sama, sebagai dua karya yang berbeda. Baik buku maupun filmnya bisa saya pahami dengan cara masing-masing. Pun ketika di bagian ending kita disuguhi penyelesaian yang sedikit berbeda dengan novel, saya masih bisa menikmatinya. Bagaimana dengan kalian? Adakah yang sudah membaca dan menonton filmnya? Silakan share pendapat kalian di sini :)

Simak juga review saya untuk versi novel Inkheart di sini

Postingan untuk Meme Books into Movies host by Hobby Buku: 
(klik gambar untuk melihat syarat dan ketentuan)


5 comments:

  1. Aku pengin nonton ini dari SMA tapi kaset yg kupinjem macet. Huhuhu.. :'(

    ReplyDelete
  2. Aaaa~ cari lagi Lindaa *maksa* :p Bagus lho filmnya...

    ReplyDelete
  3. aku udah pernah nonton *meski kini lupa
    dan pengen baca bukunya *besok akan dipinjemin ka dhila
    baru pengen nonton lagii,
    jadii aku skip review kamu ini, Lu, dan komen dulu ^^v
    ahh, ketinggalan info meme lagii >..<

    ReplyDelete
  4. ahaha, oke deehh... Selamat baca dan nonton, trus ikutan books into movies meme juga :D
    kalau udah beres semua ditunggu lagi komennya :p

    ReplyDelete
  5. Aq suka banget Inkheart, sampai waktu filmnya blm turun juga kebioskop, cari 'versi-tembakan' yang alhasil gambarnya kurang bagus >,< saking ngebetnya
    sayang banget visualisasi perpustakaan Elenor kurang pas ya, padahal itu salah satu yang kutunggu2, punya lemari buku dari kaki sampai langit-langit hehe

    ReplyDelete