Friday, May 17, 2013

[Review] Pintu Harmonika

[Source: Goodreads]
Judul: Pintu Harmonika
Penulis: Clara Ng & Icha Rahmanti
Penerbit: PlotPoint Publishing
Tebal: 307 halaman
Cetakan: Pertama, Januari 2013

Rizal, Juni, dan David memiliki beberapa kesamaan. Mereka bertiga sama-sama tinggal di ruko yang berdekatan. Lantai satu ruko mereka sama-sama digunakan untuk usaha orang tua. Tanpa diduga-duga, mereka sama-sama merasa nyaman menyebut suatu tempat sebagai surga. Surga bagi mereka bukan tempat yang mewah. Surga bagi mereka sangat sederhana. Sebuah tanah kosong yang tenang, tapi mampu menyimpan banyak kenangan. Begitu banyak kisah yang terurai dari surga tersebut. Ini kisah mereka.


Rizal Zaigham Harahap
Rizal, seorang siswa SMA yang populer di kalangan para cewek. Ia juga blogger yang cukup terkenal, bahkan Rizal punya pendukung di dunia maya yang menamakan diri mereka Rizal's Angels. Sebelum pindah ke ruko, Rizal tinggal di rumah kontrakan bersama kedua orang tuanya. Ibunya begitu bahagia ketika mereka akan pindah ke ruko. Sayangnya, ibu Rizal meninggal dunia sebelum merasakan hangatnya suasana keluarga di ruko mereka sendiri. Jadilah Rizal tinggal berdua saja di ruko yang lantai dasarnya telah disulap menjadi Toko Kelontong Firdaus. Rizal sangat menyayangi ayahnya. Menyenangkan membaca dialog mereka yang tidak terlalu kaku. Dialog antara Rizal dan ayahnya mengalir seperti berbicara kepada sahabat.

Surga-tanah kosong itu-bagi Rizal adalah tempat rekreasi juga relaksasi yang tiada duanya. Ia bisa betah berjam-jam duduk di surga bersama laptopnya dan berselancar ke dunia maya. Begitu pula saat ia harus membantu Cynthia mencari dana untuk grup dance-nya. Ya, berawal dari nilai Matematika yang kurang baik, tanpa disangka Rizal harus bekerja sama dengan cewek populer ini.  Ia harus membantu Cynthia mengumpulkan dana untuk grup dance, dengan begitu nilai Rizal bisa jadi lebih baik. Sadar akan kepopulerannya di dunia maya, Rizal memanfaatkan blog-nya untuk aksi penggalangan dana.

Konsentrasi Rizal terpecah. Selain harus membantu Cynthia mencari dana, Rizal juga harus memutar otak agar tidak kehilangan surganya. Entah kenapa, pemilik surga tiba-tiba memasang banyak iklan yang menunjukkan surga akan dijual. Bersama-sama dengan Juni, mereka pun terlibat aksi mendebarkan, aksi menyelamatkan surga. Semua detail tentang aksi ini ia ceritakan dalam blog-nya, yang ia sebut Jurnal (bukan Diary). Lewat jurnal tersebut, kita akan melihat bagaimana Rizal mengalami proses pendewasaan, dewasa dalam hubungan dengan ayahnya, teman sekolah, lingkungan tempat tinggal, juga terhadap dirinya sendiri.

Juni Shahnaz
Gadis tomboi yang suka membaca buku detektif. Juni suka menelusuri halaman demi halaman kisah detektif bersama David. Ia gadis yang cerdas. Sayangnya, pergaulannya di sekolah tidak begitu menyenangkan. Setelah merasakan menjadi korban bullying, Juni menjadi lebih agresif dan menjadi pelaku bullying. Juni pun di-skors dari sekolah. Tak disangka, tindakan Juni ini mengancam usaha sablon ayahnya. Komunikasi Juni dan ayahnya menjadi memburuk. Ia merasa bersalah, tapi juga masih kacau dengan pikirannya sendiri.

Di tengah kekacauan itu, Juni masih harus memikirkan bagaimana agar surga mereka tak diambil orang lain. Petualangan bersama Rizal pun dimulai. Beberapa cara dilakukan agar surga mereka tetap ada di situ, tetap menjadi tanah kosong yang aman bagi mereka. Di luar masalah surga, Rizal rupanya mampu menularkan semangat menulis kepada Juni. Sehari-hari Juni bercerita tentang pengalaman dan perasaannya lewat jurnal yang ia sebut Catatan harian Seorang Tahanan Rumah. Simak semua curahan hati Juni di jurnal ini.

David Christian Hadijaja
Anggota termuda penghuni surga. Terobsesi menjadi detektif setelah membaca buku-buku detektif milik Juni. Ia tak mau disamakan dengan anak-anak lainnya. David selalu merasa lebih dewasa dari anak-anak seusianya. David tinggal bersama ibunya yang memiliki usaha toko kue. Angels's cookies buatan ibu David adalah kue yang paling terkenal. Namun, entah kenapa tiba-tiba senyum yang biasanya ada di angel's cookies tiba-tiba tidak digambar lagi. Naluri detektif yang dimiliki David membuatnya ingin memecahkan misteri itu. Apalagi ia merasa ibunya tidak mau mengatakan yang sebenarnya.

Sama seperti Rizal dan Juni, David sangat mencintai surga. Oleh karenanya, tak heran kalau David sangat kesal ketika diam-diam tahu ia tidak diajak dalam misi menyelamatkan surga. Meski begitu, David tetap ingin membantu Rizal dan Juni. Tanpa mereka ketahui, David sudah membantu Rizal dan Juni agar tidak ketahuan petugas ketika melakukan misi tersebut. 

Di tengah keseruan misi penyelamatan surga, David mengalami banyak hal aneh. Tiba-tiba ia mendengar suara dari atap dan menemukan bulu hitam yang misterius. Ibu David juga semakin hari terlihat semakin kurus, lesu, dan tidak bersemangat. Ia bertekad akan mengungkap kejadian aneh ini. Semua kecurigaannya dapat kita simak dalam Catatan David Christian Hadijaja aka David Edogawa.

Pintu Harmonika pada awalnya adalah skenario film dengan judul sama yang kemudian
Source
diadaptasi menjadi sebuah buku. Dalam novel ini, kita diajak memahami cerita dari tiga sudut pandang: Rizal, Juni, dan David. Saya suka dengan ide kisah ini. Menggabungkan antara ekspresi remaja, hubungan dengan orang tua, dan pergaulannya dengan teman-teman. Saya jarang menemukan novel remaja yang membahas tema seperti ini.


Setiap sudut pandang dalam novel ini memiliki ciri masing-masing. Rizal, seorang remaja populer yang aktif dengan social media terlihat paling atraktif. Pede, gampang bersosialisasi. Rizal lebih suka menyebut dirinya dengan 'gue'. Berbeda dengan Juni yang lebih tertutup. Ia suka larut dengan pikirannya sendiri. Tak mengetahui apa pentingnya sebuah jurnal sampai Rizal menularinya untuk menulis. Juni menyebut dirinya sebagai 'aku'. David, karakter paling imut dalam novel ini. Semangatnya meledak-ledak, apalagi kalau sudah menyangkut petualangan ala detektif. David sangat dekat dengan mamanya. Ia menulis dirinya sebagai 'saya'.

Tiga sudut pandang ini diceritakan begitu apik dalam Pintu Harmonika. Ciri masing-masing karakter sangat terlihat bedanya. Jurnal dari satu karakter akan menjadi pelengkap informasi dari jurnal karakter lainnya. Secara keseluruhan, saya sangat menikmati membaca novel ini. Apalagi cover novel ini sangat cantik, benar-benar menggambarkan cerita. Tiga deret ruko, masing-masing milik Rizal, Juni, dan David. Jika cover-nya kita buka, akan terlihat tanah kosong yang mereka sebut sebagai surga. Paduan warnanya juga sangat menarik. Salut untuk tim PlotPoint untuk cover yang cantik ini.

Namun, ada sedikit hal yang mengganjal ketika saya membaca novel ini. Di awal cerita, dikisahkan nilai Matematika Rizal kurang memuaskan, oleh karenanya ia disarankan untu membantu grup dance Chyntia mencari dana. Kalau kekurangan dana tersebut bisa tercukupi, nilai Matematika Rizal akan bertambah. Ini jadi pertanyaan bagi saya. Kalau memang masalahnya adalah nilai, kenapa penyelesaiaannya dengan membantu aksi penggalangan dana? Kenapa gurunya tidak menyarankan untuk remedial saja? Memang disebutkan bahwa Rizal sangat populer sehingga ia bisa sangat membantu penggalangan dana agar sukses. Tapi tetap saja poin itu cukup mengganjal bagi saya.

Meski begitu, keseluruhan cerita Pintu Harmonika ini sangat menarik. Apalagi di akhir saya mendapatkan ending yang tak terduga. Banyak nilai yang bisa didapat dari novel ini. Bahwa pencitraan bukanlah jalan yang tepat untuk membuat orang-orang menyukai kita. Bahwa kita tidak boleh egois, harus belajar melihat suatu masalah sari banyak sudut pandang. Bagaimana para tokoh membangun hubungan dengan orang tuanya juga menjadi nilai tersendiri yang dapat diambil dari novel ini. 3 (+1 bintang untuk cover) saya berikan untuk novel ini :)

Posting untuk:


Buku ini saya rekomendasikan dibaca anak-anak mulai usia 14 tahun. Banyak pesan moral yang bisa didapat anak-anak (maupun remaja) dari novel ini.

2 comments:

  1. Kayaknya bagus nih. Aku g terlalu minat pas LunMay sibuk promo filmnya di TV. Tp pas baca review kamu jadi tertarik. Makin tertarik lagi karena masalah para remajanya nggak melulu soal cinta, sekolah, bullying, sama pergaulan.

    ReplyDelete
  2. kalau filmnya aku juga belum nonton, Mbak. Ini lumayan menarik kok temanya. Makasih udah mampir :))

    ReplyDelete