Penulis: Sheva
Penyunting: Donna Widjajanto
Perancang sampul: Diani Apsari
Pemeriksa aksara: Primanilla Serny
Penata aksara: Kuswanto
Desain dan ilustrasi: Diani Apsari, Teguh Pandirian
Penerbit: PlotPoint
Tebal: 216 hlm
Cetakan: Kedua, November 2012
Kopi, kehangatan, dan beragam cerita cinta. Itulah kesan pertama yang saya tangkap ketika melihat cover dan sinopsis buku ini. Benar saja, bercangkir-cangkir kopi telah dihidangkan dalam cerita ini. Beragam jenis kopi didefinisikan dengan apik, masing-masing istimewa dengan caranya sendiri. Seistimewa kisah-kisah yang ditulis Sheva dalam Blue Romance ini.
Lewat buku pertamanya, Blue Romance, Sheva menulis tujuh cerita yang semuanya berhubungan dengan kopi. Ketujuh cerita ini terjadi di sebuah kafe bernama Blue Romance. Sebuah kafe 24 jam di mana banyak orang bisa bertemu di sana, anak sekolah, kuliah, maupun bekerja. Saya suka sekali dengan gaya tulisan Sheva. Tenang, unik, dan manis. Semua kisah dalam Blue Romance ini saya suka. Namun, tentu saja ada beberapa yang menjadi favorit.
Rainy Saturday
Perkenalan unik di sebuah kafe. Saat kita belum bisa memutuskan suka atau tidak pada persahabatan baru ini, tanpa disadari hati kita sudah merasa nyaman. Itulah yang dirasakan tokoh utama dalam Rainy Saturday. Seorang gadis yang selalu menghabiskan Sabtu paginya di Blue Romance. Seorang gadis yang tidak menyukai kejutan. Sabtu itu, ia harus terjebak di Blue Romance karena hujan. Seorang laki-laki menghampirinya, minta izin untuk duduk bersama karena semua tempat sudah penuh.
Berawal dari keinginan untuk mempertahankan tekad ‘tidak menyukai kejutan’, si gadis justru berkali-kali harus terkejut karena ia nyaman sekali ngobrol dengan si lelaki. Di Sabtu itu, hujan menemani mereka saling mengenal satu sama lain. Sebuah kisah pembuka yang sangat manis, membuat saya ingin cepat-cepat mengintip kisah yang lain.
Blue Moon
Malam itu, Edi begitu merindukan ayahnya. Ia adalah seorang barista di Blue Romance yang sedang mendapat shift tengah malam. Di tengah kerinduannya, ia harus tetap teliti mencampur berbagai bahan untuk membuat kopi yang dipesan pelanggan. Adiknya yang juga bekerja di tempat sama justru tertidur karena lelah. Tak disangka, Blue Romance kedatangan seorang tamu wanita dalam keadaan setengah mabuk. Ia bercerita tentang penyesalannya tak sempat bertemu sang ayah dua hari lalu.
Blue Moon merupakan kisah sederhana yang sangat apik tentang kerinduan terhadap orang tua. Meski kita telah mandiri, orang tua tetap bagian yang tak bisa dipisahkan di hati.
A Farewell to a Dream
Kali ini, Sheva menghadirkan kisah yang sedih tentang cinta segi tiga. Sejak awal pertemuan mereka, Bima langsung menyadari bahwa ia menyukai Anjani. Bima tak pernah lupa bagaimana Anjani memuji-muji tulisannya. Namun, perasaan itu rupanya tak bisa diungkapkan karena Anjani akhirnya berpacaran dengan sahabatnya sendiri, Bram. Bima pun sedikit demi sedikit menjauh dari mereka. Bahkan ia sempat berhenti menulis.
Malam ini, Bima akan kembali bertemu Anjani. Ia kembali ragu harus menghadapi pertemuan ini seperti apa. Apalagi, ternyata malam itu Anjani mengungkapkan sesuatu yang tak pernah dibayangkannya.
The Coffe & Cream Book Club
Bercerita tentang sebuah klub diskusi buku yang didirikan oleh Anya dan Bening. Syarat untuk menjadi klub ini yaitu suka membaca, dan menyukai kopi yang dicampur dengan krimer. Namun, syarat ini dengan mudah dilanggar oleh Jeff, tamu dadakan The Coffe & Cream Book Club yang tidak menyukai krimer. Bening berkali-kali kesal dengan orang ini. Ia tambah kesal ketika anggota klub buku lainnya tidak menyadari ‘kesalahan’ Jeff. Belum habis rasa kesalnya, Bening semakin tidak menyukai Jeff yang dengan mudah membujuk anggota klub buku tentang pertemuan mereka selanjutnya.
Selain empat kisah di atas, masih ada tiga ‘cangkir kopi’ yang bisa dinikmati pembaca Blue Romance. Sejak pertama melihat cover buku ini, saya ingin sekali membacanya. Dan ternyata perkiraan saya tidak salah. Semua kisah dalam buku diramu dengan begitu indah oleh Sheva. Saya semakin kagum ketika mengetahui usia Sheva yang masih begitu muda. Caranya bercerita begitu mengalir, mampu membuat pembaca ‘membangun’ Blue Romance dalam kepalanya masing-masing.
Dari ketujuh cerita dalam Blue Romance, saya melihat ada kecenderungan hampir setiap cerita diawali dengan perkenalan. Perkenalan yang manis, perkenalan yang tak diinginkan, perkenalan yang tak terduga. Semua perkenalan itu akhirnya memiliki jalan cerita yang berbeda dan semuanya menarik untuk diikuti.
Dalam data dirinya, Sheva menulis bahwa ia hobi membaca. Dengan membaca kisah yang ia tulis pun kita sudah bisa mengetahui hobi ini. Lihat saja, ada banyak judul buku yang ada di setiap kisahnya seperti The Great Gatsby dan The Fault in Our Stars. Beberapa judul film dan lagu juga ikut mewarnai hari-hari Blue Romance. Dan yang tak kalah menarik adalah goresan ilustrasi yang menyelingi kisah-kisah Blue Romance ini. Indah sekali!
Rasanya, kopi akan menjadi teman baik di kala hujan. Begitu pula dengan Blue Romance. Siap-siap menikmati keceriaan, kesenduan, jatuh cinta, juga patah hati kala membaca buku ini. 4/5 bintang bagi buku pertama Sheva!
Posting untuk:
Baru mau baca nih... Semoga bisa dibaca bulan ini :)
ReplyDeletesip! bagus Mbak ini bukunya :))
ReplyDeletepengen baca juga buku ini tp belum belii ^^
ReplyDeleteayoo baca ini Stef... mau baca review kamu juga :)
ReplyDeleteAku suka banget buku ini, manis dan pahit seperti rasa coffee
ReplyDeletewahh~ kebetulan saya pecinta kopi dan sedang dalam masa menyelesaikan sebuah multi chap story tentang kopi di satu situs. sepertinya buku ini akan bisa membantu :)
ReplyDeletenamun kalau melihat penerbitnya ini, sepertinya akan susah ditemui di kota saya (yang notabene masih kenal--cuma--dengan penerbit-penerbit besar saja, maklum..kota kecil). jadi saya harus berjuang nih nyari-nyari toko buku online hehe semoga kesampaian!!
cara mbak Lulu menyampaikan ulang ceritanya juga bagus, membuat saya semakin tertarik dan ingin memiliki bukunya. terimakasih, mbak Lulu, sudah ulas buku tentang kopi ini :)