Sunday, June 16, 2013

#KadoUntukBlogger: Dari Gagas untuk Para Pembaca

Saya senang sekali ketika baca timeline twitter dan tahu kalau Gagas Media sedang bikin acara berjudul #KadoUntukBlogger. Sepuluh buku gratis untuk 30 blogger!! Sebagai pembaca buku yang juga senang menulis resensi, saya jelas langsung tertarik. 

Saya mempunyai beberapa pengalaman yang berkesan dengan buku-buku Gagas Media. Ketika masih kuliah di semester awal dulu, dosen saya memberi tugas untuk meresensi sebuah buku yang baru terbit. Resensi itu harus kami kirimkan ke media massa. Akhirnya saya jalan-jalan ke toko buku dan memilih "A Cat in My Eyes" karya Fahd Djibran untuk diresensi. Lewat Gagas Media, saya berkenalan dengan karya Fahd Djibran yang akhirnya jadi salah satu penulis favorit saya. Waktu iseng-iseng browsing, saya menemukan info kalau Gagas Media mengadakan lomba resensi buku yang baru saya beli itu. Saya pun coba menulis resensinya dan mengikutkannya ke lomba. Alhamdulillah, saya jadi salah satu pemenangnya. Datanglah paket buku dari Gagas Media sebagai hadiah. :))

Sejak saat itu, saya jadi lebih sering memperhatikan buku-buku Gagas Media. Apalagi Gagas Media juga sering mengadakan lomba penulisan. Akhir tahun 2012 saya coba ikut lomba cerpen "Dongeng Patah Hati" yang diadakan Gagas. Tak disangka, cerpen saya termasuk dalam sepuluh terbaik dan diterbitkan menjadi sebuah buku antologi. Bukunya berjudul "Dongeng Patah Hati" dan sudah bisa didapatkan di toko buku. #promosi :p


beberapa buku Gagas yang 'bersejarah'
Jadi, kenapa saya berhak mendapatkan paket #unforgotTEN dari Gagas Media?

Saya suka membaca buku dari berbagai genre. Selain fantasi, romance juga salah satu genre favorit saya. Dan bukan rahasia lagi dong, kalau Gagas sering sekali menerbitkan buku-buku dari genre ini. 

Selain genre romance, Gagas juga sering menerbitkan buku nonfiksi dengan tema-tema populer. Salah satu yang booming adalah The-Not-So-Amazing Life of @Amrazing. Buku-buku seperti ini juga selalu menarik perhatian saya, beberapa di antaranya Catatan Kecil Pengajar Muda dan Draf 1: Taktik Menulis Fiksi Pertamamu. 

Sejak awal tahun ini, saya sudah bergabung dengan Blogger Buku Indonesia. Dengan bergabung di komunitas ini, wawasan saya tentang buku jadi bertambah. Kini saya tidak hanya menjadi pembaca buku, tapi juga berusaha untuk menulis resensi buku-buku yang sudah saya baca. Jadi, kalau saya mendapatkan paket buku ini, sudah pasti resensinya juga akan saya tulis di blog ini. :)

Saya sukaaa sekali dengan cover-cover buku terbitan Gagas. Manis, cantik, bikin penasaran, dan nggak bosen untuk dilihat. Boleh dong Gagas bagi-bagi rezeki buat mempercantik rak buku saya ;D

Banyak buku Gagas Media yang jadi incaran saya. Saya pengen jalan-jalan ke berbagai tempat lewat seri Setiap Tempat Punya Cerita. Juga 'melihat-lihat' suasana UGM ketika masa reformasi lewat "Notasi". 

Jadi Gagas, semoga saya jadi salah satu blogger yang dapat paket #unforgotTEN darimu yaa? :))

Monday, June 10, 2013

[Review] Coupl(ov)e

Judul: Coupl(ov)e
Penulis: Rhein Fathia
Penyunting: Noni Rosliyani
Perancang sampul: Joko Supomo
Pemeriksa aksara: Kamus Tamar & Pritameani
Penata aksara: BASBAK_Binangkit
Ilustrasi sampul: Shutterstock
Penerbit: Bentang Pustaka
Tebal: 388 hlm
Cetakan: pertama, Februari 2013

Mungkinkah sebuah pernikahan diawali tanpa cinta?
Halya dan Raka membuktikan kemungkinan itu bisa saja terjadi. Dengan modal saling percaya, juga rasa nyaman sebagai sahabat, Halya dan Raka mengawali kehidupan pernikahan mereka. Namun, tak seperti pasangan pengantin baru, mereka berdua justru tidur di kamar terpisah. Menikmati kebersamaan layaknya sahabat, persis seperti ketika belum menikah.

Raka yang pertama kali menyadari bahwa pernikahan seharusnya tak berjalan seperti ini. Di sisi lain, Halya juga mulai menyadari hal itu. Namun, lagi-lagi Halya merasa belum siap untuk memulai kehidupan pernikahan seperti pasangan lain. Akhirnya, ia hanya bisa mencurahkan perasaan kepada Puput, sahabatnya di kantor. Begitu pula dengan Raka yang menceritakan problem pernikahannya kepada Gamma.

Cinta masa lalu juga menjadi masalah bagi kehidupan pasangan ini. Halya masih menyimpan kenangan-kenangan manis bersama Gilang, seorang lelaki yang pernah menjadi kekasihnya, bahkan telah melamarnya. Dan Raka tiba-tiba harus dihadapkan pada perasaannya di masa lalu ketika Rina, gadis yang pernah begitu ia cintai, kini tiba-tiba muncul kembali. Lambat laun, pernikahan sepasang sahabat ini terasa semakin rumit. Dan sebelum semuanya terlambat, Halya dan Raka harus cepat-cepat membuat keputusan.

Coupl(ov)e mengangkat kisah tentang sahabat yang akhirnya memutuskan menjadi pasangan. Bukan tema yang baru sebenarnya, sudah banyak diangkat dalam cerita. Namun, Coupl(ov)e bisa menghadirkannya dengan unik dan berbeda. Penuturan kisah dalam Coupl(ov)e ini begitu mengalir. Awalnya, saya kira akan menghabiskan beberapa hari untuk membaca novel ini, karena ukuran font-nya yang lebih kecil daripada novel kebanyakan. Ternyata, dalam waktu semalam saja novel ini sudah berhasil saya tuntaskan. 

Coupl(ov)e terdiri dari empat part. Alurnya maju-mundur bercerita tentang masa-masa Halya dan Raka masih menjadi sahabat, ketika masing-masing memiliki gebetan, dan juga tentang kisah pernikahan mereka. Dengan alur campuran ini, saya tetap bisa menikmati Coupl(ov)e dengan mudah. Persahabatan Halya dan Raka diceritakan dengan begitu seru dan sangat terasa tulus. Ketika mereka berdua akhirnya menikah, rasanya ikut gemes melihat Halya dan Raka bingung harus menempatkan diri seperti apa dalam rumah tangga mereka. Di satu sisi mereka ingin tetap bersikap layaknya sahabat. Di sisi lain, mereka sadar kehidupan rumah tangga harusnya tak seperti ini.

Dalam kebingungan itu, komitmen Halya dan Raka pun akhirnya diuji. Pernikahan seperti apa yang akan mereka berdua bangun, ditambah lagi adanya konflik dari pihak luar. Rhein Fathia menuliskan masalah konflik dan komitmen ini dengan sangat apik. Penuturan konfliknya tidak terburu-buru, membuat saya ikut gemes waktu membacanya.

Selain ide dan alur, karakter dalam Coupl(ov)e juga sangat saya sukai. Halya yang ceria, lincah, aktif mampu mengimbangi Raka yang cenderung pendiam dan kaku. Ah, Raka! Saya suka sekali Raka yang tetap logis dan rasional ketika menyampaikan perasaan. Jarang-jarang kan ada cowok yang mengungkapkan perasaan dan masih sempet ngutip pernyataan dari artikel ilmiah. 

Aku membaca artikel seorang psikolog yang mengatakan bahwa ketika orang jatuh cinta, otak kanannya akan sangat sibuk. Hal itu mengakibatkan otak kiri, yang biasa memproduksi kata-kata, tidak bisa menyampaikan pesan ke otak kanan dengan baik.

Jadi geleng-geleng kepala, takjub, sambil membatin “sempet yaaa” :))

Karakter-karakter pendukung dalam Coupl(ov)e juga menyenangkan. Meski bukan tokoh utama, saya merasa Rina, Gilang, Puput, dan Gamma memiliki karakternya yang kuat untuk porsinya masing-masing.

Terakhir, tentang cover Coupl(ov)e yang juga saya suka. Covernya terasa manis dengan judul yang sedikit sulit dibaca tapi justru membuat penasaran. Secara keseluruhan, sebenarnya tidak ada yang mengganggu saya untuk menikmati Coupl(ov)e. Penggunaan bahasa Inggris bisa saya pahami, tapi sepertinya saya akan lebih suka kalau dialognya ditulis dalam Bahasa Indonesia saja. 

Akhirnya, 4/5 bintang untuk kisah Halya dan Raka. Apakah kamu percaya persahabatan antara laki-laki dan perempuan tanpa adanya cinta? Mungkin jawabannya akan kamu temukan dalam novel ini :)) 

Sunday, June 9, 2013

[Review] Blue Romance

Judul: Blue Romance
Penulis: Sheva
Penyunting: Donna Widjajanto
Perancang sampul: Diani Apsari
Pemeriksa aksara: Primanilla Serny
Penata aksara: Kuswanto
Desain dan ilustrasi: Diani Apsari, Teguh Pandirian
Penerbit: PlotPoint
Tebal: 216 hlm
Cetakan: Kedua, November 2012

Kopi, kehangatan, dan beragam cerita cinta. Itulah kesan pertama yang saya tangkap ketika melihat cover dan sinopsis buku ini. Benar saja, bercangkir-cangkir kopi telah dihidangkan dalam cerita ini. Beragam jenis kopi didefinisikan dengan apik, masing-masing istimewa dengan caranya sendiri. Seistimewa kisah-kisah yang ditulis Sheva dalam Blue Romance ini.

Lewat buku pertamanya, Blue Romance, Sheva menulis tujuh cerita yang semuanya berhubungan dengan kopi. Ketujuh cerita ini terjadi di sebuah kafe bernama Blue Romance. Sebuah kafe 24 jam di mana banyak orang bisa bertemu di sana, anak sekolah, kuliah, maupun bekerja. Saya suka sekali dengan gaya tulisan Sheva. Tenang, unik, dan manis. Semua kisah dalam Blue Romance ini saya suka. Namun, tentu saja ada beberapa yang menjadi favorit.

Rainy Saturday
Perkenalan unik di sebuah kafe. Saat kita belum bisa memutuskan suka atau tidak pada persahabatan baru ini, tanpa disadari hati kita sudah merasa nyaman. Itulah yang dirasakan tokoh utama dalam Rainy Saturday. Seorang gadis yang selalu menghabiskan Sabtu paginya di Blue Romance. Seorang gadis yang tidak menyukai kejutan. Sabtu itu, ia harus terjebak di Blue Romance karena hujan. Seorang laki-laki menghampirinya, minta izin untuk duduk bersama karena semua tempat sudah penuh. 

Berawal dari keinginan untuk mempertahankan tekad ‘tidak menyukai kejutan’, si gadis justru berkali-kali harus terkejut karena ia nyaman sekali ngobrol dengan si lelaki. Di Sabtu itu, hujan menemani mereka saling mengenal satu sama lain. Sebuah kisah pembuka yang sangat manis, membuat saya ingin cepat-cepat mengintip kisah yang lain.

Blue Moon
Malam itu, Edi begitu merindukan ayahnya. Ia adalah seorang barista di Blue Romance yang sedang mendapat shift tengah malam. Di tengah kerinduannya, ia harus tetap teliti mencampur berbagai bahan untuk membuat kopi yang dipesan pelanggan. Adiknya yang juga bekerja di tempat sama justru tertidur karena lelah. Tak disangka, Blue Romance kedatangan seorang tamu wanita dalam keadaan setengah mabuk. Ia bercerita tentang penyesalannya tak sempat bertemu sang ayah dua hari lalu.

Blue Moon merupakan kisah sederhana yang sangat apik tentang kerinduan terhadap orang tua. Meski kita telah mandiri, orang tua tetap bagian yang tak bisa dipisahkan di hati.

A Farewell to a Dream
Kali ini, Sheva menghadirkan kisah yang sedih tentang cinta segi tiga. Sejak awal pertemuan mereka, Bima langsung menyadari bahwa ia menyukai Anjani. Bima tak pernah lupa bagaimana Anjani memuji-muji tulisannya. Namun, perasaan itu rupanya tak bisa diungkapkan karena Anjani akhirnya berpacaran dengan sahabatnya sendiri, Bram. Bima pun sedikit demi sedikit menjauh dari mereka. Bahkan ia sempat berhenti menulis.

Malam ini, Bima akan kembali bertemu Anjani. Ia kembali ragu harus menghadapi pertemuan ini seperti apa. Apalagi, ternyata malam itu Anjani mengungkapkan sesuatu yang tak pernah dibayangkannya.

The Coffe & Cream Book Club
Bercerita tentang sebuah klub diskusi buku yang didirikan oleh Anya dan Bening. Syarat untuk menjadi klub ini yaitu suka membaca, dan menyukai kopi yang dicampur dengan krimer. Namun, syarat ini dengan mudah dilanggar oleh Jeff, tamu dadakan The Coffe & Cream Book Club yang tidak menyukai krimer. Bening berkali-kali kesal dengan orang ini. Ia tambah kesal ketika anggota klub buku lainnya tidak menyadari ‘kesalahan’ Jeff. Belum habis rasa kesalnya, Bening semakin tidak menyukai Jeff yang dengan mudah membujuk anggota klub buku tentang pertemuan mereka selanjutnya.

Selain empat kisah di atas, masih ada tiga ‘cangkir kopi’ yang bisa dinikmati pembaca Blue Romance. Sejak pertama melihat cover buku ini, saya ingin sekali membacanya. Dan ternyata perkiraan saya tidak salah. Semua kisah dalam buku diramu dengan begitu indah oleh Sheva. Saya semakin kagum ketika mengetahui usia Sheva yang masih begitu muda. Caranya bercerita begitu mengalir, mampu membuat pembaca ‘membangun’ Blue Romance dalam kepalanya masing-masing.

Dari ketujuh cerita dalam Blue Romance, saya melihat ada kecenderungan hampir setiap cerita diawali dengan perkenalan. Perkenalan yang manis, perkenalan yang tak diinginkan, perkenalan yang tak terduga. Semua perkenalan itu akhirnya memiliki jalan cerita yang berbeda dan semuanya menarik untuk diikuti.

Dalam data dirinya, Sheva menulis bahwa ia hobi membaca. Dengan membaca kisah yang ia tulis pun kita sudah bisa mengetahui hobi ini. Lihat saja, ada banyak judul buku yang ada di setiap kisahnya seperti The Great Gatsby dan The Fault in Our Stars. Beberapa judul film dan lagu juga ikut mewarnai hari-hari Blue Romance. Dan yang tak kalah menarik adalah goresan ilustrasi yang menyelingi kisah-kisah Blue Romance ini. Indah sekali!

Rasanya, kopi akan menjadi teman baik di kala hujan. Begitu pula dengan Blue Romance. Siap-siap menikmati keceriaan, kesenduan, jatuh cinta, juga patah hati kala membaca buku ini. 4/5 bintang bagi buku pertama Sheva! 

Posting untuk:

Wednesday, June 5, 2013

Wishful Wednesday #3


Selamat hari Rabu! Hore, bisa ikutan posting WW lagi. Maafkan saya Mbak Astrid, suka bolong-bolong gini WW-nya :D Di Rabu pertama bulan Juni, ada dua buku yang saya pengen banget. Dua buku dari satu seri sebenernya. 

The Wishing Spell (The Land of Stories #1) - Chris Colfer
Alex and Conner Bailey’s world is about to change, in this fast-paced adventure that uniquely combines our modern day world with the enchanting realm of classic fairytales.

The Land of Stories tells the tale of twins Alex and Conner. Through the mysterious powers of a cherished book of stories, they leave their world behind and find themselves in a foreign land full of wonder and magic where they come face-to-face with the fairy tale characters they grew up reading about.

But after a series of encounters with witches, wolves, goblins, and trolls alike, getting back home is going to be harder than they thought.

The Enchantress Returns (The Land of Stories #2) - Chris Colfer
After decades of hiding, the evil Enchantress who cursed Sleeping Beauty is back with a vengeance.

Alex and Conner Bailey have not been back to the magical Land of Stories since their adventures in The Wishing Spell ended. But one night, they learn the famed Enchantress has kidnapped their mother! Against the will of their grandmother, the twins must find their own way into the Land of Stories to rescue their mother and save the fairy tale world from the greatest threat it's ever faced.

Kenapa saya pengen baca buku ini:
- Saya lagi pengen belajar baca lebih banyak buku Bahasa Inggris. Sepertinya asyik kalau memulainya dengan baca buku dengan genre children's lit dan fantasi, genre favorit saya.
- Review buku ini mengingatkan saya pada kisah Inkheart dan The Book of Lost Things. Dua buku yang sangat saya suka, jadi makin penasaran apakah saya bakalan suka dengan seri Land os Stories ini.
- Cover jelas jadi pertimbangan buat beli/baca suatu buku. Dan cover seri ini, saya suka sekali! Well, sebenernya lebih suka cover yang judul pertama, tapi buku kedua oke juga. Hehe...

Sebenernya, minggu lalu saya sudah cek OpenTrolley buat pesan buku pertama. Tapi sayang statusnya masih preorder, jadi saya mau nunggu kalau stoknya udah ada aja. Sedangkan buku kedua, saya lihat di Goodreads, terbitmya masih Agustus tahun ini. Jadi bisa nabung dulu atau mengharap buntelan :p 

Itulah buku-buku yang saya pengen minggu ini. Kamu?

Mau ikut Wishful Wednesday juga? Caranya:

  • Silakan follow blog Books To Share – atau tambahkan di blogroll/link blogmu =)
  • Buat posting mengenai buku-buku (boleh lebih dari 1) yang jadi inceran kalian minggu ini, mulai dari yang bakal segera dibeli, sampai yang paling mustahil dan hanya sebatas mimpi. Oya, sertakan juga alasan kenapa buku itu masuk dalam wishlist kalian ya!
  • Tinggalkan link postingan Wishful Wednesday kalian di Mr. Linky (klik saja tombol Mr. Linky di bagian bawah post). Kalau mau, silakan tambahkan button Wishful Wednesday di posting kalian.
  • Mari saling berkunjung ke sesama blogger yang sudah ikut share wishlistnya di hari Rabu =)


Tuesday, June 4, 2013

[Review] So, I Married the Anti-fan

Judul: So, I Married the Anti-fan
Penulis: Kim Eun Jeong
Penerjemah: Putu Pramania Adnyana
Penyunting: Nyi Blo
Proofreader: Dini Novita Sari
Cover: Bambang ‘Bambi’ Gunawan
Penerbit: Haru
Tebal: 538 hlm
Cetakan: Keempat, Mei 2013 (Repackaged)

Sinopsis:
Aku tinggal dengan idola paling terkenal se-Korea. Tapi… Aku adalah antifan-nya.

H, salah satu bintang pemicu hallyu wave akan tinggal dengan antifan-nya dalam sebuah variety show.



Mr. H: Tentu saja aku bisa menangani antifan-ku. Aku ini pria yang penuh dengan kejutan.


Ms. L: Sebagai antifan-nya, aku akan membuka semua rahasia busuknya. Lihat saja nanti.


Begitu berita itu keluar, para fans Mr. H segera membentuk pertahanan untuk melindungi idolanya. Dan jika Ms. L melukai Mr. H barang sedikitpun maka mereka tidak segan-segan untuk bertindak


Kali ini, ‘perjalanan’ kita akan ditemani oleh dua tokoh utama.
Geun Yong: seorang wartawan sebuah majalah, wanita yang biasa bicara blak-blakan, sangat menyukai film-film zombie.
Hu Joon: artis yang sedang naik daun, tidak banyak membicarakan kehidupan pribadinya di depan publik.

Awalnya, Geun Yong tidak memiliki kesan khusus terhadap Hu Joon. Ia tidak menjadi salah satu fan, tapi tidak pula membencinya. Sikap Geun Yong langsung berubah 180 derajat ketika ia melihat kelakuan kasar Hu Joon terhadap seorang wanita. Ia pun dengan berani mengakui dirinya sebagai anti-fan Hu Joon. Geun Yong dengan tegas menulis kalimat-kalimat untuk menentang Hu Joon. Tak disangka perbuatannya ini membuat ia dipecat dari pekerjaannya sebagai wartawan.

Di tengah keputusasaan setelah dipecat, seorang Program Director (PD) bernama Han menawari Geun Yong untuk bermain dalam sebuah variety show berjudul “So, I Married the Anti-Fan”.  Dalam variety show tersebut, ia harus beraktivitas bersama Hu Joon, artis yang sangat dibencinya. Karena tidak tahu lagi harus mendapatkan penghasilan dari mana, Geun Yong pun menerima tawaran tersebut.

Keterlibatan Geun Yong dalam variety show membuat ia semakin mengenal dunia entertainment. Ia dapat mengenal Ji Hyang, manajer Hu Joon. Ia juga bisa merasakan kesibukan artis dengan berbagai kegiatannya. Semakin lama, Geun Yong juga lebih mengenal sifat Hu Joon. Ia juga sedikit demi sedikit mengetahui masa lalu Hu Joon bersama In Hyong, wanita yang kini bersama JJ. 

Dari semua kegiatan yang Geun Yong lakukan bersama Hu Joon, hubungan antara Hu Joon, In Hyong, dan JJ adalah yang paling menarik perhatiannya. Ia ingin sekali mengetahui seperti apa hubungan mereka bertiga sebenarnya. Apalagi, meski telah berpisah, Hu Joon sepertinya masih mencintai In Hyong. Akhirnya rasa penasaran, dan kebiasaan bersama sehari-hari sedikit demi sedikit mengubah pendirian Geun Yong sebagai anti-fan Hu Joon…

Saya sudah cukup lama mengetahui novel ini, tapi baru sekarang bisa membacanya. Kesan pertama tentang novel ini, saya suka dengan tema yang diangkat. Kisah tentang variety show artis Korea yang memang sedang menjamur dan menjadi tren. Meski tidak mengikuti perkembangan artis Korea, saya bisa menikmasti cerita dalam novel ini.

So, I Married the Anti-fan bisa dibilang sebagai kisah yang ringan, manis, ceria sekaligus sedikit kelam. Berbagai kesan yang muncul ini bisa didapat dari penyajian dialog antartokohnya. Meski alur ceritanya sedikit demi sedikit bisa ditebak, saya tetap menyukai bagaimana perkembangan karakter yang ada. Geun Yong dan Hu Joon yang mulanya saling menjauhi, saling meledek, dan tidak peduli satu sama lain. Bagian Geun Yong dan Hu Joon yang suka saling mengerjai itu lucu sekali. Ditambah dengan adegan fan Hu Joon yang 
membenci Geun Yong semakin meramaikan konflik dalam kisah ini.

Selain tokoh utama, saya juga menyukai adanya karakter lain yang cukup kuat dalam kisah ini, yaitu Ji Hyang. Sebagai manajer Hu Joon, terlihat sekali bagaimana Ji Hyang memahami Hu Joon. Kisah tokoh-tokoh lain seperti In Hyong dan JJ pun dapat dipadukan dengan apik. Munculnya orang tua Geun Yong meski sekilas juga menambah warna-warni alur cerita di buku ini.


Cover edisi pertama
Novel So, I Married the Anti-fan bisa dibilang sukses di pasaran, sampai dibuatkan edisi repackaged-nya. Untuk cover, saya cukup menyukainya. Ada kesan ceria dan lucu dalam cover itu. Untuk masalah terjemahan juga cukup bagus, bisa dengan mudah diikuti. Sama halnya dengan novel terjemahan lain, kita juga bisa mendapatkan informasi tambahan mengenai budaya Korea dalam novel ini. 

Meski novelnya cukup tebal, saya bisa membacanya dalam waktu yang cukup cepat, kurang lebih dua hari. Akhirnya, untuk novel ini saya berikan 3.5/5 bintang. 


Monday, June 3, 2013

[Review] Harry Potter and The Order of the Phoenix




Judul: Harry Potter dan Orde Phoenix
Judul asli: Harry Potter and the Order of the Phoenix
Penulis: J.K. Rowling
Alih Bahasa: Listiana Srisanti
Penerbit: Gramedia Pustaka Utama
Tebal: 1200 hlm
Cetakan: Januari 2004

Selama liburan di Privet Drive, Harry selalu berusaha mencari berita tentang Voldemort. Kembalinya Voldemort di tahun ajaran lalu memenuhi pikiran Harry. Sayangnya, ia tak mendapat kabar apa-apa selama liburan. Tidak dari Hermione, Ron, Dumbledore, Sirius, maupun orang-orang lainnya yang ia kenal. Ketidaktahuannya terhadap perkembangan dunia sihir dan Voldemort membuat Harry sangat kesal. Masalah bertambah ketika dua dementor tiba-tiba menyerang ia dan Dudley di Little Whinging. Untuk menyelamatkan diri, Harry terpaksa mengeluarkan mantra patronus. 

Usahanya untuk menyelamatkan diri ini justru mendatangkan masalah baru bagi Harry. Ia mendapat peringatan pelanggaran besar Dekrit Pembatasan Masuk Akal bagi Penyihir di Bawah-Umur. Oleh karenanya, ia harus menghadiri sidang untuk menentukan apakah Harry dikeluarkan dari Hogwarts ataukah tidak.

Setelah begitu lama kehilangan kontak dengan dunia sihir, akhirnya Harry bisa berkumpul kembali bersama teman-temannya. Namun, tahun ini ia tak langsung kembali ke Hogwarts. Mereka semua berkumpul di Grimmauld Place No 12, rumah Sirius, yang digunakan sebagai Markas Besar Orde. Ternyata kembalinya Voldemort tidak banyak dipercaya masyarakat sihir. Bahkan, kementrian pun mati-matian mempertahankan keyakinan bahwa Voldemort tidak kembali. Karena situasi ini, Dumbledore merasa perlu mengumpulkan anggota Orde untuk memperingatkan masyarakat sihir tentang kembalinya Voldemort. 

Setelah dinyatakan tidak bersalah dalam sidang, Harry kembali ke Hogwarts. Namun, hari-harinya di Hogwarts sangat berbeda dari biasanya. Ia dijauhi sebagian besar murid Hogwarts karena Daily Prophet telah menulis berita miring tentangnya. Hagrid tak nampak sejak hari pertama. Dumbledore terkesan menghindarinya. Hermione berkali-kali mengingatkannya tentang ujian OWL. Harry dan teman-temannya memiliki guru baru dalam pelajaran Pertahanan Terhadap Ilmu Hitam: Profesor Umbridge. Sayangnya, guru baru ini hanya mengajarkan teori tanpa sekalipun memperbolehkan murid-murid mempraktikannya. Suasana hati Harry semakin buruk ketika ia dinyatakan dikeluarkan dari tim Quidditch. 

Dari semua yang dialami Harry, ternyata mimpi buruk Harry merupakan yang paling gawat menurut Dumbledore. Ia diharuskan belajar Occlumency agar tidak mengalami mimpi buruk tentang Voldemort. Namun, puncak kemarahan Harry terjadi ketika ia harus kehilangan seseorang yang benar-benar dicintainya…

Seri Harry Potter yang kelima ini merupakan yang paling tebal di antara judul lain. Butuh kemauan besar untuk membacanya ulang. Ternyata, kesan yang saya dapat kurang lebih sama seperti ketika saya membacanya pertama kali dulu. Saya merasa agak bosan pada bab-bab awal. Harry kerjaannya marah-marah melulu. Kehidupan di Hogwarts juga baru dimulai setelah beberapa bab.

Meski begitu, tetap saja seri kelima ini menarik untuk diikuti. Apalagi kita akan bertemu tokoh baru yang unik: Luna Lovegood. Teman seangkatan Ginny yang ternyata memiliki beberapa kesamaan dengan Harry. Karakter para tokoh pun semakin berkembang. Harry yang (sayangnya) sering sekali marah di seri ini. Hermione dan Ron diangkat menjadi Prefek. Hagrid membawa kejutan di tengah cerita. Sebagai puncaknya, Fred dan George yang telah memilih jalan mereka sendiri.

Jadi, tidak bisa dipungkiri dari segi cerita judul ini yang paling kelam dan melelahkan. Padahal, dari segi covernya saya sangat suka. Terasa sekali aura misterinya. Walaupun sempat merasa bosan pada awalnya, banyak kejadian-kejadian penting dalam seri kelima ini sehingga tentu saja kita harus membacanya untuk mendapatkan cerita yang lengkap. Selesai sudah perjalanan Harry di tahun kelima. Mari lanjutkan ke seri berikutnya!!

Posting untuk: