Penulis: Cynthia Febrina
Penerbit: PlotPoint
Tebal: 188 hlm
Cetakan: I, Juni 2013
Adinda dan Ryan adalah dua dari sekian banyak orang yang menjadi ‘anak kereta’. Setiap hari, keduanya menggunakan KRL dari Stasiun Bogor menuju kantor mereka di Jakarta. Berbeda dengan Ryan yang memang menikmati statusnya sebagai anak kereta, Dinda awalnya justru terpaksa. Kalau bukan karena dia putus dari Rangga, tunangannya, Dinda nggak akan mau repot-repot ke stasiun setiap hari.
Adinda dan Ryan, keduanya ada di stasiun yang sama setiap
hari. Namun, mereka menjalani kehidupan masing-masing. Dinda sering
menghabiskan waktunya bersama Sasha, sahabatnya. Dia yang awalnya cuek dengan
keadaan sekitar lama-kelamaan menjadi lebih peka. Apalagi setelah Dinda mencoba
naik kereta ekonomi. Sedangkan Ryan lebih sering berinteraksi dengan pedagang
di sekitar stasiun. Banyak pedagang yang akhirnya menjadi kenalan, beberapa di
antaranya malah sudah seperti sahabatnya.
Adinda dan Ryan yang asing satu sama lain, akhirnya akan
mulai merasakan kehadiran masing-masing. Kisah selengkapnya dapat kamu baca di
buku ini.
Jujur saja, buku ini saya ambil dari rak karena covernya yang
cantik. Ilustrasi kereta dengan warna-warna sederhana justru membuatnya
menarik. Ditambah lagi buku ini tidak terlalu tebal. Pas dengan mood saya yang
memang lagi pengen bacaan ringan.
Saya cukup menikmati gaya bahasa yang digunakan penulis,
cukup mengalir. Namun, ada satu bagian yang cukup mengganggu. Diceritakan
Adinda sedang menunggu kereta datang. Di dekatnya ada pasangan suami istri yang
usianya tidak muda lagi. Niat penulis mau menggambarkan adegan romantis di
antara keduanya. Tapi bahasa yang digunakan terlalu mendayu-dayu buat saya,
tidak pas dengan keadaan sekarang. Mungkin penulis memilih bahasa itu karena
tokoh yang sedang berbicara usianya sudah lanjut dan tidak terbiasa dengan
bahasa gaul. Tapi tetap kurang pas, dialognya terlalu ganjil buat diucapkan di
masa sekarang, di depan umum pula.
Saya bisa merasakan emosi dari konflik yang ada dalam buku
ini. Namun, menurut saya terlalu banyak konflik yang dimunculkan. Kadang malah
beberapa konflik itu berlalu begitu saja, seperti selingan. Pertemuan Ryan dan
Adinda juga terlalu singkat, tapi saya tidak terlalu mempermasalahkannya karena
dari awal saya tidak memasukkan buku ini ke genre romance.
Secara keseluruhan, buku ini cukup membuat saya ingin
menuntaskannya.Tidak ‘wah’ banget, tapi tidak juga membuat saya berhenti di tengah-tengah.
Ditambah cover dan pembatas bukunya yang cantik, akhirnya saya memberikan 3/5
bintang.